Thursday, June 11, 2009

PRJ

Tiket Masuk Jakarta Fair Berhadiah

KIRIM SMS DAN RAIH SUZUKI APV


Penyelenggaraan Jakarta Fair 2009 ini terasa berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Baik dari kuantitas peserta yang ikut dalam ajang pameran bergengsi ini maupun keragaman acara yang ditampilkannya. Dan, salah satu perbedaan lainnya adalah mulai tahun ini pengunjung bisa meraih Suzuki APV hanya dengan mengirimkan SMS nomor yang tertera di karcis masuk.

Jika tahun sebelumnya pengunjung mengisi kolom-kolom yang ada di sobekan karcis, sehingga harus meluangkan waktu sekitar 10 menit. Kini hal tersebut disederhanakan lewat SMS yang bisa dikirim hanya beberapa detik saja.

Jadi, tinggal ketik nomor yang tertera di karcis masuk Anda dan kirim ke 3202, dengan tarif Rp2.000 per SMS.

SMS pengunjung akan diundi setiap minggu. Beberapa unit sepeda motor telah disediakan oleh panitia bagi mereka yang SMS-nya memenangkan undian. Setiap minggu ada empat sepeda motor yang akan diserahkan kepada pemenang undian tiket masuk, dan hadiah utama berupa Suzuki APV akan diundi di akhir penyelenggaraan Jakarta Fair.

Anda ingin mobil Suzuki APV atau sepeda motor? Datanglah ke Jakarta Fair. Siapa tahu tahun ini nasib baik berpihak kepada anda.

Tuesday, June 9, 2009

SMK Fajar Sion

Yayasan Pendidikan SMK Fajar Sion
Jl. Pangeran Jayakarta No.1
Telp. 021-6598618
Jakarta Barat 11110

Menerima pendaftaran murid baru 2009/2010

Untuk SMK program keahlian:
  • Akomodasi Perhotelan (Pariwisata)
  • Rekayasa Perangkat Lunak (Teknik Informatika)
Fasilitas:
  1. Lapangan olahraga yang luas,
  2. Ruang guru dan ruang kelas ber-AC,
  3. Ruang praktikum,
  4. Kegiatan pengembangan diri,
  5. Guru dengan kompetensi keahliannya,
  6. Didukung oleh dunia usaha / dunia industri melalui MoU, dan
  7. PPL yang berkwalitas.
Pendaftaran: 27 Maret 2009 - 10 Juli 2009

Biaya pembayaran PSB:
27 Maret 2009 - 6 April 2009: Rp.925.000,-
Biaya pendaftaran: Rp.100.000,-
Biaya Adm pendaftaran: Gratis
Biaya test: Rp.50.000,-
Pemeliharaan gedung: Rp.500.000,-
SPP Juli 2009: Rp.275.000,-

7 April 2009 - 29 Mei 2009: Rp.1.475.000,-
Biaya pendaftaran: Rp.100.000,-
Biaya Adm pendaftaran: Rp.50.000,-
Biaya test: Rp.50.000,-
Pemeliharaan gedung: Rp.1.000.000,-
SPP Juli 2009: Rp.275.000,-

1 Juni 2009 - 10 Juli 2009: Rp.1.975.000,-
Biaya pendaftaran: Rp.100.000,-
Biaya Adm pendaftaran: Rp.50.000,-
Biaya test: Rp.50.000,-
Pemeliharaan gedung: Rp.1.500.000,-
SPP Juli 2009: Rp.275.000,-
Uang Sekolah SMK Rp.275.000,-/bulan
Sumber: http://fajar-sion.org/smk.php

ICS 2009


INDONESIA CELLULAR SHOW 2009

Get ready for something BIG!

Date : June 10th –14th 2009
Venue : Assembly Hall & Main Lobby – Jakarta Convention Center
Time : 10.00 – 21.00 WIB
Ticket: Rp. 5.000,-

KLINIK HEMODIALISIS

Yayasan Lions Indonesia akan segera membuka KLINIK HEMODIALISIS

"KLINIK HEMODIALISIS LIONS"

Alamat: Yayasan Lions Indonesia
Gedung PPMLI lantai III,
Jalan Raya Pluit Timur Kavling B2Jakarta Utara
(Samping Sekolah IPEKA Pluit)

Dalam rangka SOFT OPENING, akan diadakan kegiatan cuci darah gratis (tidak dikenakan biaya apapun)
Tanggal: 26 Juni 2009 s/d 3 Juli 2009 (Minggu Libur)
Waktu: 07.00 - 12.00 WIB
Pendaftaran ditutup tanggal 20 Juni 2009

Setiap harinya akan dilaksanakan 10 tindakan HD (10 pasien)
Total 70 pasien; (63 pasien HBsAg negative, dan 7 pasien HBsAg positive)

Bagi yang ingin mendaftar atau ingin mendapat info lebih lanjut, harap hubungi contact person di bawah ini untuk pengaturan jadwal HD:Ibu LENI: 021 - 6627657

*PENDAFTARAN DITUTUP TANGGAL 20 Juni 2009

NB: Pendaftar harap mempersiapkan FORM TRAVELLING DIALYSIS dari Rumah Sakit/ Klinik HD tempat pendaftar biasa melakukan HD. Form ini dibawa pada saat melakukan HD di Klinik Hemodialisis Lions

Terima Kasih..
Klinik Hemodialisis Lions di Pluit (dekat Pluit Mega Mal, sebelah SMA IPEKA) pada tanggal 26 Juni 2009. Dari tanggal 26 Juni 2009 (Selama 7 hari) akan diadakan cuci darah gratis untuk 10 pasien per hari. Untuk informasi lengkap dan alamatnya silahkan hubungi Ibu Lenny di nomor telepon 021-6627657. Setelah program cuci darah gratis, Klinik Hemodialisis Lions akan melayani pasien cuci darah dengan harga Rp. 450.000 (reuse) dan Rp. 550.000 (Single Use), dilengkapi dengan ruangan yang baik, Dokter Ahli Ginjal yang berpengalaman dan menggunakan mesin yang modern.
Siapa tahu ada teman/keluarga yang memerlukan fasilitas ini. Ibu Lenny di Klinik Hemodialisis Lions, cuci darah gratis hanya 1x saja dengan membawa surat keterangan report dan tidak mengidap hepatitis.

Thursday, June 4, 2009

RS Omni Dapatkan Pasien dari Hasil Lab Fiktif


RS Omni Dapatkan Pasien dari Hasil Lab Fiktif

Jangan sampai kejadian saya ini akan menimpa ke nyawa manusia lainnya. Terutama anak-anak, lansia, dan bayi. Bila anda berobat berhati-hatilah dengan kemewahan rumah sakit (RS) dan title international karena semakin mewah RS dan semakin pintar dokter maka semakin sering uji coba pasien, penjualan obat, dan suntikan.

Saya tidak mengatakan semua RS international seperti ini tapi saya mengalami kejadian ini di RS Omni International. Tepatnya tanggal 7 Agustus 2008 jam 20.30 WIB. Saya dengan kondisi panas tinggi dan pusing kepala datang ke RS OMNI Internasional dengan percaya bahwa RS tersebut berstandard International, yang tentunya pasti mempunyai ahli kedokteran dan manajemen yang bagus.

Saya diminta ke UGD dan mulai diperiksa suhu badan saya dan hasilnya 39 derajat. Setelah itu dilakukan pemeriksaan darah dan hasilnya adalah thrombosit saya 27.000 dengan kondisi normalnya adalah 200.000. Saya diinformasikan dan ditangani oleh dr Indah (umum) dan dinyatakan saya wajib rawat inap. dr I melakukan pemeriksaan lab ulang dengan sample darah saya yang sama dan hasilnya dinyatakan masih sama yaitu thrombosit 27.000.

dr I menanyakan dokter specialist mana yang akan saya gunakan. Tapi, saya meminta referensi darinya karena saya sama sekali buta dengan RS ini. Lalu referensi dr I adalah dr H. dr H memeriksa kondisi saya dan saya menanyakan saya sakit apa dan dijelaskan bahwa ini sudah positif demam berdarah.

Mulai malam itu saya diinfus dan diberi suntikan tanpa penjelasan atau izin pasien atau keluarga pasien suntikan tersebut untuk apa. Keesokan pagi, dr H visit saya dan menginformasikan bahwa ada revisi hasil lab semalam. Bukan 27.000 tapi 181.000 (hasil lab bisa dilakukan revisi?). Saya kaget tapi dr H terus memberikan instruksi ke suster perawat supaya diberikan berbagai macam suntikan yang saya tidak tahu dan tanpa izin pasien atau keluarga pasien.

Saya tanya kembali jadi saya sakit apa sebenarnya dan tetap masih sama dengan jawaban semalam bahwa saya kena demam berdarah. Saya sangat khawatir karena di rumah saya memiliki 2 anak yang masih batita. Jadi saya lebih memilih berpikir positif tentang RS dan dokter ini supaya saya cepat sembuh dan saya percaya saya ditangani oleh dokter profesional standard Internatonal.

Mulai Jumat terebut saya diberikan berbagai macam suntikan yang setiap suntik tidak ada keterangan apa pun dari suster perawat, dan setiap saya meminta keterangan tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan. Lebih terkesan suster hanya menjalankan perintah dokter dan pasien harus menerimanya. Satu boks lemari pasien penuh dengan infus dan suntikan disertai banyak ampul.

Tangan kiri saya mulai membengkak. Saya minta dihentikan infus dan suntikan dan minta ketemu dengan dr H. Namun, dokter tidak datang sampai saya dipindahkan ke ruangan. Lama kelamaan suhu badan saya makin naik kembali ke 39 derajat dan datang dokter pengganti yang saya juga tidak tahu dokter apa. Setelah dicek dokter tersebut hanya mengatakan akan menunggu dr H saja.

Esoknya dr H datang sore hari dengan hanya menjelaskan ke suster untuk memberikan obat berupa suntikan lagi. Saya tanyakan ke dokter tersebut saya sakit apa sebenarnya dan dijelaskan saya kena virus udara. Saya tanyakan berarti bukan kena demam berdarah. Tapi, dr H tetap menjelaskan bahwa demam berdarah tetap virus udara. Saya dipasangkan kembali infus sebelah kanan dan kembali diberikan suntikan yang sakit sekali.

Malamnya saya diberikan suntikan 2 ampul sekaligus dan saya terserang sesak napas selama 15 menit dan diberikan oxygen. Dokter jaga datang namun hanya berkata menunggu dr H saja.

Jadi malam itu saya masih dalam kondisi infus. Padahal tangan kanan saya pun mengalami pembengkakan seperti tangan kiri saya. Saya minta dengan paksa untuk diberhentikan infusnya dan menolak dilakukan suntikan dan obat-obatan.

Esoknya saya dan keluarga menuntut dr H untuk ketemu dengan kami. Namun, janji selalu diulur-ulur dan baru datang malam hari. Suami dan kakak-kakak saya menuntut penjelasan dr H mengenai sakit saya, suntikan, hasil lab awal yang 27.000 menjadi revisi 181.000 dan serangan sesak napas yang dalam riwayat hidup saya belum pernah terjadi. Kondisi saya makin parah dengan membengkaknya leher kiri dan mata kiri.

dr H tidak memberikan penjelasan dengan memuaskan. Dokter tersebut malah mulai memberikan instruksi ke suster untuk diberikan obat-obatan kembali dan menyuruh tidak digunakan infus kembali. Kami berdebat mengenai kondisi saya dan meminta dr H bertanggung jawab mengenai ini dari hasil lab yang pertama yang seharusnya saya bisa rawat jalan saja. dr H menyalahkan bagian lab dan tidak bisa memberikan keterangan yang memuaskan.

Keesokannya kondisi saya makin parah dengan leher kanan saya juga mulai membengkak dan panas kembali menjadi 39 derajat. Namun, saya tetap tidak mau dirawat di RS ini lagi dan mau pindah ke RS lain. Tapi, saya membutuhkan data medis yang lengkap dan lagi-lagi saya dipermainkan dengan diberikan data medis yang fiktif.

Dalam catatan medis diberikan keterangan bahwa bab (buang air besar) saya lancar padahal itu kesulitan saya semenjak dirawat di RS ini tapi tidak ada follow up-nya sama sekali. Lalu hasil lab yang diberikan adalah hasil thrombosit saya yang 181.000 bukan 27.000.

Saya ngotot untuk diberikan data medis hasil lab 27.000 namun sangat dikagetkan bahwa hasil lab 27.000 tersebut tidak dicetak dan yang tercetak adalah 181.000. Kepala lab saat itu adalah dr M dan setelah saya komplain dan marah-marah dokter tersebut mengatakan bahwa catatan hasil lab 27.000 tersebut ada di Manajemen Omni. Maka saya desak untuk bertemu langsung dengan Manajemen yang memegang hasil lab tersebut.

Saya mengajukan komplain tertulis ke Manajemen Omni dan diterima oleh Og(Customer Service Coordinator) dan saya minta tanda terima. Dalam tanda terima tersebut hanya ditulis saran bukan komplain. Saya benar-benar dipermainkan oleh Manajemen Omni dengan staff Og yang tidak ada service-nya sama sekali ke customer melainkan seperti mencemooh tindakan saya meminta tanda terima pengajuan komplain tertulis.

Dalam kondisi sakit saya dan suami saya ketemu dengan Manajemen. Atas nama Og (Customer Service Coordinator) dan dr G (Customer Service Manager) dan diminta memberikan keterangan kembali mengenai kejadian yang terjadi dengan saya.

Saya benar-benar habis kesabaran dan saya hanya meminta surat pernyataan dari lab RS ini mengenai hasil lab awal saya adalah 27.000 bukan 181.000. Makanya saya diwajibkan masuk ke RS ini padahal dengan kondisi thrombosit 181.000 saya masih bisa rawat jalan.

Tanggapan dr G yang katanya adalah penanggung jawab masalah komplain saya ini tidak profesional sama sekali. Tidak menanggapi komplain dengan baik. Dia mengelak bahwa lab telah memberikan hasil lab 27.000 sesuai dr M informasikan ke saya. Saya minta duduk bareng antara lab, Manajemen, dan dr H. Namun, tidak bisa dilakukan dengan alasan akan dirundingkan ke atas (Manajemen) dan berjanji akan memberikan surat tersebut jam 4 sore.

Setelah itu saya ke RS lain dan masuk ke perawatan dalam kondisi saya dimasukkan dalam ruangan isolasi karena virus saya ini menular. Menurut analisa ini adalah sakitnya anak-anak yaitu sakit gondongan namun sudah parah karena sudah membengkak. Kalau kena orang dewasa laki-laki bisa terjadi impoten dan perempuan ke pankreas dan kista.

Saya lemas mendengarnya dan benar-benar marah dengan RS Omni yang telah membohongi saya dengan analisa sakit demam berdarah dan sudah diberikan suntikan macam-macam dengan dosis tinggi sehingga mengalami sesak napas. Saya tanyakan mengenai suntikan tersebut ke RS yang baru ini dan memang saya tidak kuat dengan suntikan dosis tinggi sehingga terjadi sesak napas.

Suami saya datang kembali ke RS Omni menagih surat hasil lab 27.000 tersebut namun malah dihadapkan ke perundingan yang tidak jelas dan meminta diberikan waktu besok pagi datang langsung ke rumah saya. Keesokan paginya saya tunggu kabar orang rumah sampai jam 12 siang belum ada orang yang datang dari Omni memberikan surat tersebut.

Saya telepon dr G sebagai penanggung jawab kompain dan diberikan keterangan bahwa kurirnya baru mau jalan ke rumah saya. Namun, sampai jam 4 sore saya tunggu dan ternyata belum ada juga yang datang ke rumah saya. Kembali saya telepon dr G dan dia mengatakan bahwa sudah dikirim dan ada tanda terima atas nama Rukiah.

Ini benar-benar kebohongan RS yang keterlaluan sekali. Di rumah saya tidak ada nama Rukiah. Saya minta disebutkan alamat jelas saya dan mencari datanya sulit sekali dan membutuhkan waktu yang lama. LOgkanya dalam tanda terima tentunya ada alamat jelas surat tertujunya ke mana kan? Makanya saya sebut Manajemen Omni pembohon besar semua. Hati-hati dengan permainan mereka yang mempermainkan nyawa orang.

Terutama dr G dan Og, tidak ada sopan santun dan etika mengenai pelayanan customer, tidak sesuai dengan standard international yang RS ini cantum.

Saya bilang ke dr G, akan datang ke Omni untuk mengambil surat tersebut dan ketika suami saya datang ke Omni hanya dititipkan ke resepsionis saja dan pas dibaca isi suratnya sungguh membuat sakit hati kami.

Pihak manajemen hanya menyebutkan mohon maaf atas ketidaknyamanan kami dan tidak disebutkan mengenai kesalahan lab awal yang menyebutkan 27.000 dan dilakukan revisi 181.000 dan diberikan suntikan yang mengakibatkan kondisi kesehatan makin memburuk dari sebelum masuk ke RS Omni.

Kenapa saya dan suami saya ngotot dengan surat tersebut? Karena saya ingin tahu bahwa sebenarnya hasil lab 27.000 itu benar ada atau fiktif saja supaya RS Omni mendapatkan pasien rawat inap.

Dan setelah beberapa kali kami ditipu dengan janji maka sebenarnya adalah hasil lab saya 27.000 adalah fiktif dan yang sebenarnya saya tidak perlu rawat inap dan tidak perlu ada suntikan dan sesak napas dan kesehatan saya tidak makin parah karena bisa langsung tertangani dengan baik.

Saya dirugikan secara kesehatan. Mungkin dikarenakan biaya RS ini dengan asuransi makanya RS ini seenaknya mengambil limit asuransi saya semaksimal mungkin. Tapi, RS ini tidak memperdulikan efek dari keserakahan ini.

Sdr Og menyarankan saya bertemu dengan direktur operasional RS Omni (dr B). Namun, saya dan suami saya sudah terlalu lelah mengikuti permainan kebohongan mereka dengan kondisi saya masih sakit dan dirawat di RS lain.

Syukur Alhamdulilah saya mulai membaik namun ada kondisi mata saya yang selaput atasnya robek dan terkena virus sehingga penglihatan saya tidak jelas dan apabila terkena sinar saya tidak tahan dan ini membutuhkan waktu yang cukup untuk menyembuhkan.

Setiap kehidupan manusia pasti ada jalan hidup dan nasibnya masing-masing. Benar. Tapi, apabila nyawa manusia dipermainkan oleh sebuah RS yang dipercaya untuk menyembuhkan malah mempermainkan sungguh mengecewakan.

Semoga Allah memberikan hati nurani ke Manajemen dan dokter RS Omni supaya diingatkan kembali bahwa mereka juga punya keluarga, anak, orang tua yang tentunya suatu saat juga sakit dan membutuhkan medis. Mudah-mudahan tidak terjadi seperti yang saya alami di RS Omni ini.

Saya sangat mengharapkan mudah-mudahan salah satu pembaca adalah karyawan atau dokter atau Manajemen RS Omni. Tolong sampaikan ke dr G, dr H, dr M, dan Og bahwa jangan sampai pekerjaan mulia kalian sia-sia hanya demi perusahaan Anda. Saya informasikan juga dr H praktek di RSCM juga. Saya tidak mengatakan RSCM buruk tapi lebih hati-hati dengan perawatan medis dari dokter ini.
Salam,
Prita Mulyasari-Alam Sutera