Friday, September 24, 2010

Provocative Proactive

Provocative Proactive









Provocative Proactive

Thursday, August 12, 2010

Kacang Bali

Kacang Matahari




Makanan khas bali kacang bali, Kacang Matahari.

Kacang Matahari merupakan salah satu oleh - oleh khas bali yang paling digemari oleh wisatawan yang mengunjungi Bali.

Rasanya belum lengkap pergi ke Bali tanpa membawa pulang Kacang Matahari. Terbuat dari kacang tanah asli Bali diramu dengan bumbu racikan khas bali dengan rasa enak dan gurih serta renyah sangat nikmat dijadikan camilan baik di perjalanan maupun sambil santai di rumah.

Tidak beli kacang matahari tidak terasa ke bali.
- kacang nya gurih, boleh dicoba dan pasti nagih menurut beberapa orang yg notabennya suka kacang.
- bagi yang pernah kebali dan belanja di berbagai pusat oleh-oleh bali pasti melihat kacang yg satu ini.

Jadi buktikan sendiri rasanya.

Pergi ke pulau Bali rasanya belum lengkap tanpa membawa pulang oleh-oleh dari Bali. Di bali tersedia berbagai macam oleh-oleh khas Pulau dewata yang tidak terdapat di tempat lain. Bagi anda yang sudah pernah ke Bali dan rindu akan kekhasan Bali maupun bagi anda yang belum pernah ke Bali dan ingin merasakan sentuhan pulau Bali semuanya dapat anda temui dan nikmati disini.

Kemasan 250 Gram
Kemasan 500 Gram
Silahkan Hubungi Lukas:
HP: 0815-9131735
Telp: 021
92148133
E-mail: lukas648272@yahoo.com
YM:
lukasjkt
Bali -> Jakarta

Monday, August 9, 2010

65 Tahun


HUT ke 65 Proklamasi Kemerdekaan RI

DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA

DIRGAHAYU KEMERDEKAAN INDONESIA

HARI ULANG TAHUN KE-65 REPUBLIK INDONESIA

ULANG TAHUN KE-65 REPUBLIK INDONESIA

PERINGATAN ULANG TAHUN KE-65 REPUBLIK INDONESIA

SELAMAT ULANG TAHUN KE-65 REPUBLIK INDONESIA

DIRGAHAYU RI

HUT KE-65 RI
17 Agustus 2010 bertepatan dengan bulan puasa, maka saya Lukas mengucapkan "Selamat Menunaikan Ibadah Puasa bagi yang berpuasa, perbanyak amal dan kebaikan".

Lomba 17san: perbanyak amal dan kebaikan.

Hadiah: mendapat pahala dan ucapan terima kasih.

Friday, July 9, 2010

Waka Waka

You're a good soldier
Choosing your battles
Pick yourself up
And dust yourself off
And back in the saddle

You're on the frontline
Everyone's watching
You know it's serious
We're getting closer
This isnt over

The pressure is on
You feel it
But you've got it all
Believe it

When you fall get up
Oh oh...
And if you fall get up
Oh oh...

Tsamina mina
Zangalewa
Cuz this is Africa

Tsamina mina eh eh
Waka Waka eh eh

Tsamina mina zangalewa
Anawa aa
This time for Africa

Listen to your god

This is our motto
Your time to shine
Dont wait in line
Y vamos por Todo

People are raising
Their Expectations
Go on and feed them
This is your moment
No hesitations

Today's your day
I feel it
You paved the way
Believe it

If you get down
Get up Oh oh...
When you get down
Get up eh eh...

Tsamina mina zangalewa
Anawa aa
This time for Africa

Tsamina mina eh eh
Waka Waka eh eh

Tsamina mina zangalewa
Anawa aa

Tsamina mina eh eh
Waka Waka eh eh
Tsamina mina zangalewa
This time for Africa

Wednesday, May 5, 2010

Lowongan Kerja

Lowongan kerja di bidang keuangan.

Untuk posisi Menteri Keuangan, CV harap dikirim ke Presiden SBY.

SBY Setujui Sri Mulyani

Presiden SBY Setujui Sri Mulyani Menjabat Managing Director di Bank Dunia

Presiden SBY telah menyetujui pengangkatan Sri Mulyani sebagai managing Director Bank Dunia yang akan mulai bertugas pada 1 Juni 2010. Sebelum beliau menjabat di Bank Dunia, Presiden SBY meminta Sri Mulyani Indrawati bisa menuntaskan tugas-tugasnya di dalam negeri. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah menerima surat pengunduran diri Menteri Keuangan Sri Mulyani.

SBY sudah menyetujui Sri Mulyani untuk menjabat Managing Director Bank Dunia, “Hari ini juga saya telah menerima surat pengunduran diri Ibu Sri Mulyani,” kata Presiden SBY dalam jumpa pers di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu siang, 5 Mei 2010.

Bank Dunia sudah secara resmi mengumumkan nama Sri Mulyani, pengumuman Bank Dunia itu juga untuk diketahui oleh negara-negara anggota Bank Dunia. “Respons saya adalah, saya setujui. Setelah mendengarkan juga permohonan dari Ibu Sri Mulyani untuk menjabat sebagai Managing Director di Bank Dunia,” ujar SBY.

SBY meminta agar Sri Mulyani menyelesaikan dulu tugas-tugasnya sebelum meninggalkan kabinet. “Dengan catatan, sebelum menempati posisi baru, Ibu Sri Mulyani merampungkan tugas-tugas dan urusannya di dalam negeri,” ujar SBY.

“Terhadap ini semua, saya harus sampaikan ke seluruh rakyat bahwa sesungguhnya kita kehilangan salah satu menteri terbaik kita,” ujar SBY. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dipilih menjadi penasehat top bagi Presiden Bank Dunia, Robert Zoellick. Sri Mulyani mulai 1 Juni 2010 ini merupakan salah satu dari tiga direktur pelaksana, jabatan tertinggi di bawah Zoellick.

Sri Mulyani dianggap akan membawa keterampilan dan pengalaman yang unik bagi Bank Dunia. Pemilihan ini didasarkan pada meningkatnya peran Indonesia di dunia, bangsa terpadat keempat dunia, anggota Kelompok G-20 yang mewakili negara berkembang dan maju.

Sri Mulyani akan menggantikan Juan Jose Daboub yang akan mengakiri empat tahun masa kerjanya pada 30 Juni 2010. Juan mengawasi 74 negara di Amerika Latin, Karibia, Asia Timur dan Pasifik, Timur Tengah dan Afrika Utara. Daboub adalah mantan menteri keuangan El Salvador.

Pernyataan SBY

Pernyataan SBY Tentang Sri Mulyani Menjabat Managing Director di Bank Dunia

Bank Dunia sudah secara resmi mengumumkan nama Sri Mulyani, pengumuman Bank Dunia itu juga untuk diketahui oleh negara-negara anggota Bank Dunia. “Respons saya adalah, saya setujui. Setelah mendengarkan juga permohonan dari Ibu Sri Mulyani untuk menjabat sebagai Managing Director di Bank Dunia,” ujar SBY.

Berikut pernyataan presiden SBY selengkapnya tentang hal tersebut.

Assalammu’alaikum Warahmatullahhi WabarokatuhSalam sejahtera untuk kita semua

Saudara-saudara, hari ini saya ingin menyampaikan pernyataan dan penjelasan sehubungan dengan permintaan Bank Dunia atau World Bank untuk mengangkat saudari Sri Mulyani Indrawati menjadi Managing Director di organisasi tersebut.

Bulan lalu, Bank Dunia menyampaikan niatnya, baik kepada Ibu Sri Mulyani Indrawati maupun kepada saya selaku Presiden Republik Indonesia untuk mengangkat Ibu Sri Mulyani menjadi Managing Director di World Bank, jabatan nomor dua di organisasi tersebut. Respon saya adalah saya menunggu permintaan resmi atau surat dari Presiden Bank Dunia, Robert Zoellick, dengan posisi, peran dan penugasan apa yang akan diberikan kepada Ibu Sri Mulyani Indrawati.

Setelah kita melaksanakan Rapat Kerja di Tampaksiring Bali, pada tanggal 30 April 2010, saya menerima surat dari Presiden Bank Dunia tertanggal 25 April 2010 yang mencantumkan secara eksplisit niat untuk mengangkat Ibu Sri Mulyani tersebut. Kemudian, setelah saya pelajari dan saya menganggap itu posisi yang strategis, posisi yang penting, posisi yang terhormat, saya ingin berbicara langsung dengan Presiden Bank Dunia. Dan akhirnya singkat kata, saya beberapa saat setelah itu bisa berbicara langsung dengan Bank Dunia.

Respon saya adalah saya setujui, setelah mendengarkan juga permohonan dari Ibu Sri Mulyani untuk menjabat sebagai Managing Director di Bank Dunia itu. Dengan catatan, sebelum menempati posisi yang baru, saya berharap ibu Sri Mulyani merampungkan tugas-tugas dan urusannya di dalam negeri.

Saudara telah mengetahui bahwa kemarin Bank Dunia secara resmi telah mengumumkan untuk diketahui oleh negara-negara anggota Bank Dunia tentang pengangkatan tersebut. Dan hari ini juga saya telah menerima surat pengunduran diri Ibu Sri Mulyani, Menteri Keuangan, sehubungan dengan permintaan dan pengangkatan beliau menjadi Managing Director di Bank Dunia tersebut.

Saudara-saudara, terhadap ini semua saya harus menyampaikan kepada seluruh rakyat Indonesia bahwa sesungguhnya kita kehilangan salah satu menteri terbaik kita, Menteri Keuangan karena harus berpindah tempat, berada dalam jajaran Kabinent Indonesia Bersatu kedua, kemudian bertugas atau mengabdi di Bank Dunia.

Kita mengetahui bahwa selaku Menteri Keuangan Ibu Sri Mulyani telah bekerja keras untuk mengembangkan kebijakan fiskal yang tepat juga dengan gigih melakukan reformasi di bidang keuangan untuk mendisiplinkan penggunaan anggaran termasuk akuntabilitas atau pertanggungjawaban keuangan yang diterima dari APBN. Juga melakukan reformasi di bidang perpajakan dan bea cukai yang perolehan negara tahun demi tahun akibat reformasi itu telah meningkat secara signifikan.

Disamping itu, kita kenal Ibu Sri Mulyani juga menjadi ujung tombak dalam diplomasi pada tingkat internasional, utamanya di forum G-20 dan tentunya sejumlah forum penting lainnya. Dan pada saat kita mengalami krisis tahun 2008-2009, krisis dunia yang dampaknya juga dirasakan oleh Indonesia, Menteri Keuangan bersama jajaran pemerintah yang saya pimpin waktu itu bekerja keras untuk menyelamatkan perekonomian kita dari dampak krisis perekonomian global itu. Meskipun kita kehilangan salah satu menteri terbaik kita, tetapi saya menyadari bahwa peran dan tugas sebagai Managing Director di World Bank juga sangat penting, apalagi pada posisi yang tinggi seperti itu sebagai Managing Director.

Saya berharap Ibu Sri Mulyani bisa memperkuat Bank Dunia dan bisa menjadi jembatan antara Bank Dunia dengan negara-negara berkembang, dengan Asia, termasuk Bank Dunia dengan Indonesia, negara yang besar dengan GDP yang makin meningkat, dengan besaran atau magnitude perekonomian yang makin menguat dan jumlah penduduk yang besar, yang tentunya akan menjadi mitra penting bagi Bank Dunia.

Yang penting saudara-saudara, pengganti ibu Sri Mulyani, Menteri Keuangan yang baru nanti akan tetap menjalankan kebijakan pemerintah yang mengedepankan kebijakan makro ekonomi dan kebijakan fiskal yang prudent, yang tepat, sebagai penyangga, sebagai landasan, sebagai pra-kondisi atas pembangunan perekonomian dan dunia usaha di negeri kita. Yang jelas reformasi di bidang keuangan, perpajakan dan bea cukai juga akan terus kita lanjutkan dan bahkan kita efektifkan. Peran Indonesia di forum G-20 juga akan tetap dimainkan dan menteri keuangan yang baru nanti juga akan mengemban tugas dengan sebaik-baiknya di forum global itu untuk kepentingan bangsa dan negara kita.

Itulah yang dapat saya sampaikan, dan masih ada beberapa minggu lagi untuk Ibu Sri Mulyani bisa merampungkan urusannya di dalam negeri sebelum pada saatnya nanti menempati post barunya di Bank Dunia yang berkedudukan di Washington DC, Amerika Serikat.

Terima Kasih saudara-saudara

Wassalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Managing Director, World Bank Group

World Bank Group President Zoellick Appoints Indonesian Finance Minister, Sri Mulyani Indrawati, as Managing Director, World Bank Group

World Bank President Robert B. Zoellick today announced the appointment of Sri Mulyani Indrawati as Managing Director of the World Bank Group. As Indonesia’s Minister of Finance since 2005, Ms. Indrawati has guided economic policy for one of the largest countries in Southeast Asia, and one of the biggest states in the world, navigating successfully in the midst of the global economic crisis, implementing key reforms, and earning the respect of her peers across the world.

“I am delighted to announce the appointment of Sri Mulyani Indrawati. She has been an outstanding Finance Minister with in-depth knowledge of both development issues and the role of the World Bank Group.” said Mr. Zoellick. “As a member of the Senior Team she will play a key role in helping to lead the Bank as we move to strengthen client support, implement our reform program, and anticipate future challenges.”

Prior to her position as Finance Minister, Ms. Indrawati served as State Minister and Chair of the Indonesian National Development Planning Agency. Between 2008 - 2009, she served as Coordinating Minister of Economic Affairs. From 2002 - 2004, she was an Executive Director on the Board of the International Monetary Fund. She has been on the faculty of the University of Indonesia and was a visiting professor at the Andrew Young School of Public Policy at Georgia State University. ‘

Accepting the appointment Ms. Indrawati said: “It is a great honour for me and also for my country to have this opportunity to contribute to the very important mission of the Bank in changing the world."

“Ms. Indrawati brings a unique set of skills and experience to the World Bank Group, from the vantage point of an advancing Middle-Income country that still faces significant challenges of poverty. She has received global recognition for her success in combating corruption and strengthening good governance,” noted Mr. Zoellick. “She has been a leader in the developing world on climate change, and active in the international arena through the G-20, APEC, ASEAN and other groups.”

Ms. Indrawati earned a Ph.D. in Economics from the University of Illinois and a BA in Economics from the University of Indonesia. She has received numerous honors and awards, including Euromoney Magazine's Global Finance Minister of the Year, and Emerging Markets’ Best Finance Minister in Asia. She has also been regularly on Forbes’ List of the 100 Most Powerful Women.

In her new role Ms. Indrawati will supervise three Regions: Latin America and Caribbean, Middle East and North Africa, and East Asia and Pacific. She will also oversee the Information Systems Group.

The appointment follows an international search process. Ms. Indrawati will join the Bank on June 1, enabling a transition period with Juan Jose Daboub who completes his four year term as Managing Director on June 30.

Thursday, April 22, 2010

Merentas Kembali Hubungan Persahabatan

Merentas Kembali Hubungan Persahabatan

13 Juni 1961, Ketua Komite Sentral Partai Komunis China Mao Zedong di Balai Qinzheng, Zhongnanhai, Beijing, bertemu dengan Presiden Soekarno yang datang berkunjung ke China.
KANTOR PENERANGAN DEWAN NEGARA REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK
Bandar Udara Guangzhou, pertengahan Februari 1980. Subuh. Sepi.

Cuaca dingin masih menggigit. Sekelompok tentara China yang mengenakan jaket biru gelap berbaris seolah tidak merasa terpaan angin dingin. Di depan ruang tunggu VIP bandara, mereka berhenti. Dua orang, satu berkulit sawo matang dan satu lagi berkulit agak putih, dikawal masuk ke dalam sebuah mobil. Tanpa banyak cakap, pintu mobil langsung ditutup. Mobil melesat mendekati pesawat Trident.

Pesawat itu baru, berkapasitas 150 penumpang. Namun, saat itu pesawat hanya berisi dua orang tadi dengan empat orang China. Terbang cepat-cepat menuju ibu kota Beijing.

”Pokoknya, persislah seperti film-film James Bond,” ujar Suripto, mantan Sekretaris Jenderal Pertanian, salah satu dari dua orang Indonesia itu.

Sore itu, di sebuah kafe di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta pertengahan Maret, Suripto dan Joshua Halim seolah memutar kembali film yang mereka ”bintangi” 20 tahun lalu, ketika mereka berusaha merentas kembali hubungan dua negara yang sempat terputus.

Suripto dan Joshua ketika itu menjadi pegiat di Lembaga Studi Strategis Dewan Pertahanan Keamanan Nasional. Mereka pun pergi ke China. Tak banyak orang yang mengetahui kepergian mereka, kecuali beberapa pejabat tinggi di Jakarta. Maklum, ketika itu kekhawatiran masuknya paham komunis dari China masih kental.

Suripto dan Joshua pertama- tama menjalin hubungan dengan perwakilan kantor berita China, Xinhua, di Hongkong. Xinhua tidak sekadar kantor berita China. tetapi juga merupakan perwakilan Pemerintah China di Hongkong. Melalui mereka, Suripto dan Joshua mengutarakan niatnya bertemu dengan pejabat-pejabat China untuk merintis kembali hubungan kedua negara yang sempat harmonis dengan poros Jakarta-Peking.

Gayung bersambut. Xinhua setuju dan memberikan jalan ke Beijing. Di Beijing, Suripto dan Joshua harus berhadapan dengan berbagai kelompok dan pertanyaan. Rasa curiga masih berada di benak pejabat-pejabat China itu. Pejabat China yang berhasil ditemui antara lain Han Nianglong, Wakil Menteri Luar Negeri China; Shen Ping, Direktur Departemen Urusan Asia Kementerian Luar Negeri China juga merupakan mantan Duta Besar China di Inggris dan Italia; serta Wang Bingnan, Presiden Lembaga Persahabatan Rakyat Tiongkok dengan Luar Negeri. Lembaga pimpinan Bingnan ini strategis karena bertugas menjalin hubungan dengan negara-negara yang tidak atau belum memiliki hubungan diplomatik dengan China.

”Ketika itu, Deng Xiaoping baru saja meluncurkan empat modernisasi, yaitu bidang pendidikan, militer, pertanian, dan ekonomi,” kata Suripto.

Dia berkeyakinan bulat, empat modernisasi itu akan berhasil dan China akan jadi besar serta jauh lebih hebat dari citra negara miskin banyak penduduk pada era 1980-an. ”Masak kita mengisolasi 1 miliar penduduk, itu tidak mungkin. China juga sudah menjadi anggota tetap Dewan Keamanan PBB, pasti suatu saat kita memerlukan dukungan China, entah dalam hal apa,” ujarnya.

Joshua yang sangat fasih berbahasa Mandarin menambahkan, mereka lebih banyak mendengar dibandingkan dengan berbicara. Kedua orang itu pun memberikan prasyarat bagi China jika memang hendak membuka kembali hubungan dengan Indonesia. Syarat itu, antara lain, China harus menghentikan propaganda mendukung PKI dan menjelek-jelekkan Indonesia dalam siaran Radio Peking. China pun sepakat untuk menghapuskan utang Indonesia sebesar 1 miliar dollar AS yang ketika itu digunakan untuk membeli senjata dari China.

”Kami akan sampaikan hal ini kepada menteri luar negeri di Jakarta. Beri waktu tiga bulan, kami akan melaporkan kemajuannya,” janji Suripto dan Joshua.

Sepulang dari Beijing, mereka melaporkan perjalanan mereka kepada Menlu dan Wanhankamnas. Tetap, misi itu belum diketahui oleh orang banyak. Tidak sampai tiga bulan, perwakilan China di PBB bertanya kepada perwakilan Indonesia di PBB mengenai kedatangan kedua orang tersebut serta tindak lanjut pembicaraan mereka di Beijing.

Keruan saja pertanyaan tersebut membuat kaget pejabat lain yang tidak mengerti asal muasal misi kecil itu. Jakarta geger. Rupanya kedua orang itu membuat marah beberapa pejabat. Pejabat yang tidak suka langkah tersebut menyebut Suripto dan Joshua sebagai antek-antek Peking.

”Saya sudah bersiap-siap membawa pakaian kalau-kalau langsung ditahan,” ujar Joshua. Ternyata kedua orang itu tidak jadi dijebloskan ke dalam bui.

Perjalanan di Hongkong, Guangzhou, dan Beijing itu merupakan titik awal dari normalisasi hubungan diplomatik China-Indonesia, yang baru benar-benar terwujud 10 tahun kemudian.

”Maklumlah, pada saat itu masih banyak ketakutan pengaruh komunis masuk ke Indonesia sehingga realisasi normalisasi hubungan tersebut masih terkatung-katung sekian lama,” kata Suripto.

Jalan lain ditempuh melalui hubungan dagang. Joshua membuat kajian-kajian mengenai pembentukan Komite China Kadin Indonesia pada tahun 1985. Sejak saat itu, perlahan hubungan ditingkatkan hingga normalisasi dilakukan pada tahun 1990.

CHINA RADIO INTERNATIONAL

CHINA RADIO INTERNATIONAL
60 Tahun Mengudarakan Siaran Bahasa Indonesia

Duta Besar Indonesia untuk Tiongkok Imron Cotan dalam wawancara khusus dengan CRI menyatakan apresiasinya terhadap persiapan Ekspo Dunia Shanghai. Ia menilai seluruh proses persiapan penyelenggaraan Ekspo Dunia Shanghai sangat profesional.

Mengenai kemajuan persiapan Indonesia untuk Ekspo, Imron mengatakan, Indonesia sudah siap. Ia berharap paviliun Indonesia dapat menarik perusahaan dan investor Tiongkok untuk berinvestasi di Indonesia.

Penandatanganan kerjasama dan peluncuran program China Radio International (CRI) dengan Elshinta Radio (20/4) diresmikan di Grand Ballroom Sultan Hotel Jakarta. Selain dihadiri perwakilan kedua radio, penandatanganan juga dihadiri sejumlah undangan Duta Besar Tiongkok untuk Indonesia Zhang Qiyue dan Ditjen KPI Kemendag Indonesia Gusmardi Bustami.
Tak Kenal maka Tak Sayang

Soal penguasaan bahasa, sejak dahulu China merupakan salah satu bangsa yang sangat serius menggarap bidang tersebut. Tidak hanya banyak sekolah yang menawarkan berbagai macam jurusan bahasa, termasuk bahasa minoritas yang sedikit penuturnya, tetapi juga dalam memberikan siaran radio. China menyadari hubungan dari orang ke orang (people to people) adalah hubungan yang sangat penting dalam membangun relasi antarnegara dan antarbangsa.

Radio China International (CRI) yang dahulu dikenal dengan nama Radio Peking sejak 60 tahun lalu telah menyiarkan siaran radio dalam berbagai macam bahasa, termasuk bahasa Indonesia. CRI berdiri pada 3 Desember 1941 dan menyiarkan program siaran dalam 58 bahasa. Radio ini memiliki 30 kantor biro di segala penjuru dunia. Satu hari, total jam siarannya mencapai 1.520 jam. CRI mulai siaran bahasa Indonesia pada tahun 1950. Sebelumnya disiarkan bahasa Jepang dan Inggris. Jadi, tahun ini tepat juga 60 tahun siaran bahasa Indonesia di CRI.

”Tujuan kami menyiarkan bahasa asing adalah untuk mempererat hubungan dengan negara asing tersebut,” ujar Xie Yinghua, salah seorang editor dalam siaran radio bahasa Indonesia.

Hebatnya, ketika hubungan Indonesia dan China terputus, siaran bahasa Indonesia CRI tetap mengudara. ”Ketika itu memang bahannya menjadi sangat sedikit. Jika dahulu ada bahan-bahan berita dari Indonesia, ketika hubungan terputus tidak ada lagi. Jadi, kami hanya menyiarkan lagu-lagu dari piringan hitam dan berita dari China,” ujar Xie sambil menerawang, mengenang perjalanan puluhan tahun lalu ketika awak CRI masih sedikit dan situasi politik kedua negara tidak menguntungkan.

Xie menceritakan, ketika itu perlengkapan masih sekadarnya. ”Jadi, satu penyiar itu harus menyapa pemirsa, membacakan surat sekaligus memutar lagu yang masih berbentuk piringan hitam. Bisa dibayangkan betapa repotnya,” kata Xie yang berasal dari Madura dan bertugas mengedit tulisan-tulisan yang hendak dibacakan dalam siaran bahasa Indonesia.

Salah satu kekuatan CRI memanglah banyaknya siaran dalam berbagai bahasa. Tidak hanya itu, pada era internet ini mereka juga memiliki situs yang ditulis dalam 60 macam bahasa, termasuk bahasa buatan manusia Esperanto.

”Orang perlu saling mengenal,” kata Gu Hongfu, Direktur Departemen Asia CRI. Gu, warga China yang lancar berbahasa Indonesia, mengatakan, hubungan antarorang dari negara yang berbeda sangatlah penting. Banyak persoalan sehari-hari yang perlu dibahas agar rakyat di kedua negara saling mengenal.

Selain menyiarkan langsung siarannya, di Indonesia CRI juga bekerja sama dengan jaringan radio Elshinta. Berbagai topik disajikan dalam acara perbincangan yang menarik pemirsa. Tanggapan dari pemirsa di Indonesia terlihat dari banyaknya surat yang dikirimkan ke CRI.

Kini, CRI didukung juga oleh orang-orang muda, perpaduan antara lulusan dari jurusan bahasa Indonesia di universitas-universitas China dan warga Indonesia yang bekerja di sana. Karena merupakan gudang ahli bahasa asing, awak CRI sering dimintai bantuan mendukung kementerian lain yang memerlukan bantuan.

”Misalnya ada delegasi dari luar negeri dan penerjemah atau staf lain tidak mencukupi, kami juga sering diminta membantu,” kata Gu.

Pasang Surut dalam 60 Tahun

HUBUNGAN DIPLOMATIK
Pasang Surut dalam 60 Tahun


Hubungan diplomatik antara Republik Indonesia dan Republik Rakyat China yang berusia 60 tahun pada 13 April 2010 tidak selalu berjalan mulus. Hubungan itu sempat membeku menyusul peristiwa yang dikenal luas dengan nama Gerakan 30 September 1965.

Anggapan bahwa RRC berada di belakang Gerakan 30 September 1965 itu membuat pemerintahan Orde Baru yang dipimpin Presiden Soeharto membekukan hubungan diplomatik kedua negara pada tanggal 30 Oktober 1967. Perdagangan langsung pun dihentikan.

Hubungan kedua negara bisa dikatakan terputus total. Padahal, sebelum Gerakan 30 September 1965, hubungan kedua negara sangat dekat. Perdana Menteri (PM) RRC Zhou Enlai hadir dalam Konferensi Asia Afrika di Bandung, 18-24 April 1955. Presiden Soekarno pun berkunjung ke RRC tanggal 30 September 1956.

Walaupun hubungan diplomatik dibekukan, Indonesia tetap menganut politik luar negeri satu China, yakni RRC. Sebagai negara yang menganut politik luar negeri yang bebas aktif dan nonblok, Indonesia tidak mengakui Taiwan yang menamakan diri Republic of China. Di mata Indonesia, Taiwan bagian dari RRC.

Dalam kaitan itu pulalah Indonesia tidak menentang masuknya RRC ke dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 25 Oktober 1971. Bahkan, RRC menjadi anggota PBB dalam sidang yang dipimpin Menteri Luar Negeri Adam Malik.

Masuknya kelompok reformis di bawah kepemimpinan Deng Xiaoping ke panggung kekuasaan tahun 1970-an, muncul suara-suara di Indonesia yang ingin hubungan diplomatik dengan RRC dicairkan. Menlu Adam Malik dan penggantinya, Mochtar Kusumaatmadja, termasuk di antaranya.

Kedua menlu itu menganggap pencairan kembali hubungan diplomatik dengan RRC penting bagi citra Indonesia sebagai salah satu negara pelopor berdirinya Gerakan Nonblok.

Oleh karena pemerintahan Orde Baru belum siap untuk mencairkan kembali hubungan diplomatiknya dengan RRC, dijajakilah untuk membuka kembali perdagangan langsung dengan RRC. Soalnya, perdagangan RI-RRC melalui negara ketiga hanya menguntungkan negara ketiga tersebut. Pemerintah RI pun menganggap hubungan dagang langsung dengan RRC itu tidak akan membahayakan dari segi ideologi karena aparat keamanan RI mampu mengatasinya.

Jalan ke arah pembukaan kembali perdagangan langsung RI-RRC itu diawali penandatanganan nota kesepahaman (memorandum of understanding/MOU) tentang hubungan dagang langsung RI-RRC oleh Kadin Indonesia dan China Council for the Promotion of International Trade (CCPIT) di Hotel Shangri-La, Singapura, 5 Juli 1985. MOU itu ditandatangani Ketua Kadin Indonesia Sukamdani Sahid Gitosardjono dan Ketua CCPIT Wang Yao Ting.

Dengan pembukaan kembali perdagangan langsung, hubungan kedua negara yang sudah 18 tahun membeku tidak serta-merta mencair. Bahkan, pada 23 April 1988, Mensesneg Moerdiono, selaku koordinator hubungan dagang langsung RI-RRC, mengatakan belum waktunya RI-RRC membuka kantor perwakilan dagang di kedua negara. Selain faktor ekonomi, pertimbangan itu juga didasari berbagai aspek, seperti politik luar negeri dan segi intelijen.

Berlangsung cepat

Perkembangan berlangsung sangat cepat. Karena RRC mengakomodasi hampir semua persyaratan yang diajukan Presiden Soeharto, ia menugaskan Mensesneg Moerdiono merintis perbaikan hubungan diplomatik dengan RRC. Tanggal 23 Februari 1989, ketika Presiden Soeharto berkunjung ke Tokyo, Jepang, untuk menghadiri pemakaman Kaisar Hirohito, ia menerima dan mengadakan pembicaraan dengan Menlu China Qian Qichen yang juga berada di Tokyo.

Dalam pembicaraan selama 25 menit di suite room Hotel Imperial, tempat Presiden Soeharto menginap, Presiden Soeharto dan Menlu Qian Qichen memutuskan mengambil langkah-langkah lanjutan ke arah pencairan kembali hubungan diplomatik RI-RRC.

Dalam pembicaraan bersejarah itu disepakati bahwa Dasa Sila Bandung menjadi dasar pencairan hubungan diplomatik kedua negara. Moerdiono yang mendampingi Soeharto dalam pertemuan itu mengatakan lima prinsip lain yang disepakati.

Pertama, saling menghormati integritas masing-masing. Kedua, tidak saling melakukan agresi. Ketiga, tidak saling mencampuri urusan dalam negeri. Keempat, persamaan derajat dan kemanfaatan bersama. Kelima, hidup berdampingan secara damai.

Pada tanggal 1-3 Juli 1990, Menlu Ali Alatas berkunjung ke Beijing untuk bertemu dengan Menlu Qian Qichen guna memformalkan kesepakatan yang telah dicapai tim teknis. Dalam kunjungan itu dibahas, antara lain, tentang kapan dan bagaimana hubungan diplomatik kedua negara akan dicairkan kembali.

Pada tanggal 8 Agustus 1990, MOU tentang Pencairan Kembali Hubungan Diplomatik antara RI dan RRC ditandatangani Ali Alatas dan Qian Qichen di Istana Negara, Jakarta, dengan disaksikan Presiden Soeharto dan PM RRC Li Peng.

”Tidak ada luka yang tak tersembuhkan,” kata Soeharto dalam jamuan makan malam di Istana Negara, 7 Agustus 1990, untuk menghormati PM Li Peng dan istrinya, Zhu Lin.

Dalam kaitan itulah kata-kata yang diucapkan Presiden Soekarno saat bersalaman dengan PM China Zhou Enlai saat berkunjung ke Beijing, 30 September-14 Oktober 1956, ”Saya berharap tidak ada lagi rasa permusuhan di antara kita. Kami kan tidak bisa memikul tanggung jawab atas perbuatan yang dilakukan lebih dari 600 tahun lalu.”

Presiden Soekarno mengacu pada perbuatan Raja Singasari Kertanegara pada 1289. Saat itu, Kertanegara membuat cacat muka dua utusan China yang datang ke Singasari untuk menuntut pengakuan kedaulatan Kaisar Kubilai Khan.

China Segera Menjadi Terbesar Kedua

EKONOMI MAKRO
China Segera Menjadi Terbesar Kedua

Pertumbuhan ekonomi China sangat luar biasa. Pada tahun 2009 saja nilai nominal produk domestik bruto atau PDB, salah satu indikator perkembangan ekonomi, mencapai 4,9 triliun dollar AS. Jepang yang saat ini masih tercatat sebagai kekuatan ekonomi terbesar kedua setelah AS mencatat nilai PDB 2009 sebesar 5,1 triliun dollar AS. Sementara PDB AS 14,2 triliun dollar AS dan PDB negara yang tergabung dalam Uni Eropa sebesar 16 triliun dollar AS.

”Kami memperkirakan, pada tahun ini PDB China sudah akan mengalahkan Jepang menjadi negara dengan kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia. Bayangkan saja, penduduk China 10 kali lebih banyak dibandingkan dengan penduduk Jepang,” kata Wang Tao, Kepala Riset Ekonomi China UBS, di Beijing, akhir bulan lalu.

Wanita berkacamata lulusan New York University dan Remin University ini menjelaskan, dalam tiga dekade terakhir ini, seperti juga negara berkembang lain di Asia, pendorong utama pertumbuhan ekonomi China adalah banyaknya tenaga kerja, kenaikan tingkat tabungan dan modal, serta pertumbuhan produktivitas yang didukung oleh langkah pemerintah dalam melakukan reformasi dan keterbukaan terhadap dunia luar.

”Dalam satu dekade terakhir, tingginya investasi dan akumulasi modal berperan sangat besar. Keikutsertaan dalam WTO juga membantu China mendapatkan keuntungan dalam booming ekonomi global antara tahun 2002 dan 2008,” ujarnya lagi.

Selain itu, kenaikan produktivitas tenaga kerja yang cepat seiring dengan peningkatan investasi juga mendukung perekonomian China. Pendapatan per kapita pun menjadi lebih tinggi.

Walaupun demikian, pertumbuhan ekonomi China yang pesat itu bukan tanpa hambatan. Dalam jangka menengah, China harus dapat mengubah perekonomiannya menjadi ekonomi yang berbasis pada konsumsi domestik. Selama ini China lebih banyak bergantung pada pertumbuhan ekspor. Bersamaan dengan ini, berbagai reformasi harus dilakukan, termasuk reformasi sumber daya dan harga energi untuk menghilangkan distorsi insentif untuk pemerintah lokal. ”Inflasi bukanlah hambatan utama,” ujar Wang Tao.

Tantangan dalam jangka pendek satu atau dua tahun ke depan adalah kemungkinan adanya gelembung aset, khususnya di pasar properti. Harga properti semakin menggila di kota-kota besar. Tahun ini harga rumah sudah naik 25 persen dibandingkan dengan tahun lalu. Rata-ratanya naik menjadi 4.474 yuan atau sekitar Rp 6 juta per meter persegi dari 3.824 yuan per meter persegi tahun lalu.

Dikhawatirkan terjadi banyak kredit bermasalah karena banyak orang yang tidak sanggup membayar cicilan rumah mereka.

Dalam percaturan ekonomi dunia, perseteruan dagang antara China dan AS terus mengemuka. Sejak lama AS mengeluhkan nilai tukar yuan yang dianggap terlalu rendah sehingga barang China lebih kompetitif di luar negeri. AS bahkan menyebut China sebagai ”manipulator mata uang” serta mengancam akan memberlakukan tarif hukuman untuk ekspor China ke AS.

Analis Kepala tentang Perekonomian China dari ANZ Bank Australia, Liu Ligang, mengatakan, kali ini, ancaman tersebut akan benar-benar dilaksanakan AS. ”Pemerintah mendapatkan dukungan kuat dari kedua kubu di Kongres. Pemerintahan Obama juga ingin ada sesuatu yang dilakukan mengenai nilai tukar yuan,” katanya.

Liu menyebutkan, jika AS memberlakukan tarif lebih mahal bagi barang China, akan mengurangi ekspor China 12 persen. Sebagai balasan, China mungkin akan menjual aset AS yang akan membuat riak pada pasar finansial global. Bank sentral China merupakan pemegang obligasi AS paling banyak.

”Jadi, perang dagang antara perekonomian terbesar dan ’yang akan menjadi kedua terbesar’ tidak hanya menambah masalah proteksionisme secara global, tetapi juga membahayakan pemulihan ekonomi global yang masih rentan,” ujar Liu.

Dua gajah bertempur, jangan sampai pelanduk mati di tengah-tengah.

Terbang Bersama

Terbang Bersama


Masuknya China dan Indonesia dalam G-20 menunjukkan bahwa kedua negara semakin diperhitungkan dalam peta percaturan internasional. Kekuatan ekonomi dunia pun beralih ke Asia Timur. Inilah ”Abad Asia”.

Semua itu membuka peluang bagi kedua negara untuk meningkatkan perannya dalam mengambil bagian dari perubahan dan rekonstruksi serta pemulihan kembali perekonomian global. Soalnya, China dan Indonesia, plus India di Asia yang tercatat di antara sedikit negara yang mencatat pertumbuhan ekonomi positif secara signifikan tatkala perekonomian negara-negara lain terpuruk dua tahun silam dihantam krisis finansial yang membawa sial.

Tepat tanggal 13 April 2010, hubungan diplomatik Indonesia dan China genap berusia 60 tahun. Banyak kalangan di China dan di Indonesia yang sangat mengharapkan momentum ini juga digunakan sebaik-baiknya bagi kedua bangsa untuk semakin mempererat hubungannya, lalu bersama-sama mengambil peran dalam memimpin proses tercapainya komunitas Asia yang kian harmonis dan makmur. China dan Indonesia mesti ”terbang bersama” menuju puncak-puncak pencapaian prestasi.

China dan Indonesia mesti memiliki agenda bilateral dan regional yang dibicarakan terlebih dahulu, disusun strateginya, dijadikan komitmen bersama, baru kemudian dibawa ke forum G-20 untuk diperjuangkan. Dengan demikian, keberadaan kedua negara di forum G-20 benar-benar dapat bermanfaat sebesar-besarnya, bukan hanya untuk kepentingan kedua negara, tetapi juga kepentingan ASEAN, Asia, dan global.

Melihat perkembangan terakhir, di mana Jepang mengajukan proposal integrasi ekonomi Asia Timur, Australia yang mengajukan proposal pembentukan Komunitas Asia Pasifik, hendaknya para pemimpin fokus dulu memantapkan sinergi ASEAN+3 dalam segala hal baru melangkah ke tahap selanjutnya.

Untuk memainkan peran dari semua inisiatif itu, kedua negara, Indonesia dan China, mesti terlebih dahulu meningkatkan hubungan kerja sama bilateralnya di segala bidang. Tanpa peningkatan hubungan, menyelaraskan kepentingan bersama, yang terjadi bisa justru sebaliknya, yakni munculnya ketegangan di antara keduanya. Apalagi dalam era perlombaan menguasai sumber daya yang semakin langka untuk menopang bertumbuhan ekonomi, hal itu bukan mustahil terjadi di antara kedua negara.

Dalam konteks itu, China yang memiliki semuanya, kapital, teknologi, sumber daya, dan pasar, harus memberi dukungan kepada Indonesia sebagai mitra strategis untuk berkembang. Sebaliknya, Indonesia yang memiliki sumber daya alam harus memanfaatkan China sebagai pasar potensial. Kemitraan yang komprehensif, saling menguntungkan, dan tidak ada yang mendominasi merupakan dasar untuk membangun hubungan itu menjadi lebih erat.

Jalinan kerja sama itu bukan berhenti pada level atas, pembicaraan kosong pemimpin, tetapi harus diderivasikan sampai pada level yang lebih mengakar ke jantung bangsa, seperti kerja sama antarpengusaha dan organisasinya, lembaga pendidikan dan kebudayaan, ataupun komunitas terkecil, yakni ”people to people”. Tujuannya, memberikan peluang dan menjembatani keinginan kuat kedua bangsa untuk berinteraksi lebih intensif sehingga mereka mampu menciptakan peluang untuk bersinergi yang kemudian mendorong peningkatan kesejahteraan.

Patutlah kiranya China belajar dari sejarah kelam hubungan Indonesia-Jepang. Tatkala mulai melakukan ekspansi ekonomi ke negara-negara lain, Jepang terkesan bersikap seolah tak peduli apa yang terjadi di negara tersebut. Pada tahun 1974, misalnya, ekspansi Jepang di Indonesia mencapai pertumbuhan luar biasa setelah Jakarta membuka pintu dan mengundang investasi asing. Namun, mengalirkan modal saja tidak cukup. Transfer teknologi dan pengetahuan, serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia juga dibutuhkan di negara tujuan investasi.

Ketika timbul sikap anti-asing di Jakarta dan Indonesia secara umum, Jepang yang agresif kena getahnya. Sikap anti-Jepang muncul dan memicu kerusuhan sosial.

Tragedi 15 Januari 1974 atau lebih dikenal dengan Malari adalah lembaran hitam dalam hubungan RI-Jepang. Ekspansi ekonomi Jepang yang luar biasa di Indonesia saat itu diasosiasikan kembali dengan penjajahan Jepang terhadap RI, tetapi dalam bentuk lain, yaitu penjajahan ekonomi.

”Jangan sampai itu terulang. Itu yang mesti kita hindari dalam hubungan Indonesia-China dengan mengupayakan kerja sama dan saling pengertian pada semua level,” ujar Jusuf Wanandi dari CSIS.

Catatan sejarah itu sepatutnya dijadikan pelajaran berharga bagi China, yang tengah melakukan ekspansi besar-besaran perekonomiannya, termasuk ke Indonesia. Semakin berkembangnya perekonomian China, teknologi dan kapasitas sumber daya manusianya, termasuk ekspansinya di Indonesia, tidak mustahil menjadi benih ketegangan pemicu isu nasionalisme. Masuknya barang-barang China yang berharga murah bisa menimbulkan sentimen negatif di kalangan pelaku usaha Indonesia sebagai dampak kalah bersaing produk-produk mereka dengan barang-barang China.

Serbuan produk-produk China berharga murah tersebut berpotensi mematikan industri kecil dan menengah yang produknya tidak mampu bersaing. Proses industrialisasi di Indonesia pun berpotensi mati suri. Kalangan usahawan yang semula berniat mengembangkan industri manufaktur berpotensi memilih menjadi pedagang barang-barang China ketimbang mengembangkan industri manufaktur untuk memproduksi barang-barang substitusi produk China.

Sebelum Perjanjian Perdagangan Bebas (Free Trade Agreement/FTA) berlaku saja, produsen Indonesia sudah banyak yang berteriak. Apalagi setelah FTA berlaku yang ditandai dengan penurunan tarif secara bertahap berdasarkan jenis komoditas sesuai perjanjian, sehingga memungkinkan produk China semakin kompetitif, bahkan jauh lebih murah tak tertandingi produk Indonesia.

Situasi dan kondisi yang demikian tidak mustahil dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu yang tidak senang melihat dominasi produk China. Potensi itu bukan hanya datang dari kalangan produsen Indonesia, tetapi juga oleh mereka yang tidak senang melihat hubungan Indonesia China kian mesra. Masalahnya, jika kedua bangsa semakin merekatkan hubungan dan kerja samanya, apalagi jika Indonesia menjadi lokomotif ASEAN bergandengan China, tentu akan menjadi kekuatan dahsyat kelak.

China itu mesti pandai memilih dan memilah persoalan, memahami sejarah dan kultur, serta dinamika yang berkembang di Indonesia. Bagaimanapun kedua negara dan perekonomian ini saling membutuhkan dan melengkapi dalam membangun integrasi ekonomi di kawasan dan global.

Indonesia dan China merupakan negara berkembang yang sangat penting di Asia. ”Kami berbagi manfaat dalam mengembangkan hubungan bilateral perdagangan dan ekonomi. Mari kita bekerja sama, meningkatkan hubungan Sino-Indonesia ke tingkat yang baru,” ajak Menteri Perdagangan China Chen Deming.

Mereka yang Tersingkir

EKONOMI MIGRAN
Mereka yang Tersingkir

Pembangunan selalu membawa korban. Tidak hanya orang kecil dan miskin, bahkan orang yang berpendidikan cukup dan memiliki pekerjaan baik. China telah bertumbuh pesat. Seperti juga di tempat lain, pertumbuhan tersebut tidaklah merata. Pantai timur China telah meninggalkan kawasan baratnya. Pembangunan zona ekonomi, pendirian pabrik penggerak roda perekonomian, semua terkonsentrasi di timur.

Bagaikan semut yang menghampiri gula, jutaan pekerja migran dari barat berbondong-bondong hendak mencicipi buah kepesatan ekonomi di timur. Mereka memang merupakan agen perubahan. Jutaan yuan, mata uang China, telah dikirimkan ke keluarga mereka di desa, yang membuat kemakmuran keluarga meningkat.

Pembangunan pesat China bukan tanpa persoalan. Salah satunya adalah persoalan kesenjangan sosial yang ditimbulkan oleh sistem hukou. Sistem ini merupakan catatan mengenai keluarga ada anggotanya di sebuah kawasan, termasuk catatan tentang nama anggota keluarga, tempat tanggal lahir, nama orangtua, dan nama pasangan jika sudah menikah.

Sistem pencatatan keluarga sudah ada di China pada masa Dinasti Xia (2100-1600 SM). Pada masa Dinasti Han dibuatlah sistem hukou sebagai basis pengenaan pajak keluarga. Pada tahun 1958, Pemerintah China mulai menggunakan sistem pendataan keluarga ini sebagai upaya untuk mengontrol perpindahan penduduk dari desa ke kota. Ada dua kategori penduduk menurut sistem modern, yaitu orang desa dan orang kota. Jika seorang pekerja pindah dari desanya ke perkotaan, untuk mencari pekerjaan di luar bidang pertanian, dia harus melampirkan surat-surat dari penguasa setempat.

Dampak sistem hukou terhadap para pekerja migran sebenarnya sudah mulai terasa pada tahun 1980-an ketika banyak orang harus keluar dari perusahaan milik negara dan koperasi. Sejak tahun 1980-an, diperkirakan ada 200 juta penduduk China yang tinggal dan bekerja di luar daerah tempat hukou-nya didaftarkan. Akibatnya, mereka tetap tidak dapat mengakses berbagai pelayanan dari pemerintah di tempatnya yang baru.

”Sebenarnya saya enggan sekali membicarakan soal kebijakan pemerintah yang satu ini. Ini sungguh diskriminatif,” ujar Kevin, penduduk Beijing yang berasal dari Provinsi Zhejiang dan tidak memiliki hukou Beijing.

Dengan tidak memiliki hukou Beijing, akses Kevin terhadap perumahan murah bersubsidi pemerintah tertutup sudah. Sementara warga Beijing yang kehidupannya relatif sudah lebih baik dibandingkan dengan pendatang justru mendapatkan keistimewaan itu.

”Selain itu, diskriminasi ini juga terjadi pada saat memasuki perguruan tinggi. Berdasarkan jumlah penduduknya, Beijing mendapatkan kuota besar untuk masuk ke universitas besar seperti Universitas Peking atau Tsinghua. Sedangkan pemuda dari provinsi lain mendapatkan kuota yang lebih sedikit,” ujarnya dengan nada kesal.

Kevin yang bekerja di sebuah perusahaan swasta berhasil mendapatkan pekerjaan baik, tetapi rasa iri terhadap warga Beijing tetap ada di hatinya.

Kevin tidak sendiri. ”Saya lebih dari 10 tahun tinggal di Beijing, tetapi tetap tak memiliki hukou Beijing,” ujar seorang nona yang hanya memberikan nama marganya, Wang, yang berasal dari sebuah kota kecil di Provinsi Fujian.

130 juta anak

Jutaan petani yang harus pindah ke kota besar dan bekerja di pabrik menerima diskriminasi dalam hal ekonomi dan politik. Mereka juga menjadi sasaran kenaikan tingkat kejahatan. Karena sistem ini pula, anak-anak para petani yang pindah ke kota ini tidak diperbolehkan bersekolah di kota dan mereka tetap harus bersekolah di desa mereka bersama kakek atau pamannya. Diperkirakan ada 130 juta anak sekolah di desa tanpa didampingi orangtua yang bekerja di kota.

Akibatnya jelas, jurang antara pendatang dan warga asli semakin besar. Pemerintah China sungguh khawatir keadaan ini akan membuat kesenjangan sosial antara orang desa dan orang kota semakin lebar.

Salah satu cara mendapatkan hukou Beijing atau kota besar lain seperti Shanghai adalah dengan menikah dengan warga setempat atau memiliki keahlian khusus sehingga pemerintah kota memandang perlu memberikan hukou Beijing atau kota besar lainnya kepada warga dari provinsi lain.

”Akhirnya saya mendapatkan hukou Beijing setelah saya pulang dari pendidikan S-3 saya di Inggris,” kata seorang ibu bermarga Ling. Ling mendapatkan gelar PhD bidang lingkungan dari salah satu universitas ternama di Inggris. Dia berasal dari Provinsi Zhejiang.

Pada Kongres Tahunan Partai Komunis awal Maret lalu, pembahasan soal hukou sudah menjadi agenda. Namun, tampaknya belum ada pemecahan bagaimana sebaiknya hal ini diselesaikan. China akan mereformasi sistem registrasi itu dan mengendurkan hambatan-hambatan bagi pemegang hukou di kota kecil dan menengah.

”Kami akan tetap menjaga laju urbanisasi dengan karakteristik China dan membuat interaksi positif antarkaum urban serta membangun pedesaan,” demikian laporan pada Kongres Rakyat Nasional Ke-11, awal Maret 2010.

Pekerja migran masih menantikan perkembangan janji reformasi ini. (joe)

Saturday, April 3, 2010

Mobil Ambulans Khusus Hewan

Mobil Ambulans Khusus Hewan

Sebuah layanan kesehatan bagi hewan, belum lama ini, diluncurkan di Jakarta. Selain melayani tindakan pemeriksaan hewan, unit ini juga melayani tindakan operasi di rumah.

Untuk keperluan tersebut, disediakan mobil mirip ambulans. Kendaraan ini dilengkapi dengan fasilitas medis bagi hewan mulai dari stetoskop, obat obatan, mikoroskop, bahkan alat-alat untuk tindakan operasi. Namanya mobivet. Selain pemeriksaan kesehatan, mobil ini juga dapat melakukan tindakan operasi, seperti fasilitas unit gawat darurat yang beroperasi 24 jam lengkap dengan dokter jaganya.

Menurut pengelola, layanan fasilitas kesehatan bagi hewan ini baru satu-satunya di Indonesia. Namun saat ini hanya melayani wilayah DKI Jakarta.

Wednesday, February 17, 2010

Imlek 2561











Tiga Bentuk Kebaikan

Tiga Bentuk Kebaikan

Seorang anak berkulit hitam melihat penjual balon di tempat keramaian. Penjual balon itu membiarkan sebuah balon merah lepas, membubung tinggi ke angkasa. Dengan demikian, ia menarik perhatian orang banyak yang akan menjadi pembelinya. Kemudian ia melepaskan balon biru, lalu kuning, kemudian putih. Semua lepas naik membubung tinggi ke langit dan tidak kelihatan lagi. Anak kecil berkulit hitam itu berdiri, terus memandang balon hitam lalu bertanya, ”Pak, kalau balon hitam itu dilepaskan, apakah juga akan naik membubung tinggi seperti balon-balon yang lain?”

Penjual balon itu tersenyum penuh pengertian kepada anak itu. Ia memutuskan benang yang mengikat balon hitam dan balon itu pun naik membubung tinggi. Ia pun kemudian berkata, ”Anakku, bukan warna, melainkan yang ada di dalamnya yang membuat balon itu naik.”

Kata-kata penjual balon tersebut begitu membekas pada diri si anak berkulit hitam yang di kemudian hari dikenal sebagai Martin Luther King Jr. Luther King yang dikenal karena pidatonya yang fenomenal di Lincoln Memorial Washington DC pada 1963 itu antara lain mengatakan, ”Aku bermimpi keempat anakku kelak akan hidup di sebuah negara di mana mereka tidak diukur berdasarkan warna kulit melainkan berdasarkan kepribadian asli mereka.”

Pembaca yang budiman, coba Anda renungkan kata-kata Luther King di atas dan tanyakan kepada diri Anda sendiri, bagaimana Anda menilai dan mengukur orang lain. Apakah Anda mengukur orang hanya berdasarkan apa yang tampak? Seorang penulis, B.C. Gorbes, pernah mengatakan, ”Ukuran tubuhmu kurang penting, ukuran otakmu agak penting, ukuran hatimu adalah yang terpenting.”

Saya kira ukuran hati inilah yang menentukan kualitas seorang manusia. Tentu saja, kualitas hati ini sulit dilihat. Kita hanya bisa melihat perilakunya. Dari hasil perenungan saya, saya menemukan tiga perilaku yang bisa menunjukkan kualitas seseorang.

Pertama, kemampuan mendengarkan dengan hati. Hal ini mudah diucapkan ketimbang dilakukan. Ada banyak sekali orang yang bahkan tidak sanggup untuk sekadar mendengarkan pembicaraan orang lain sampai selesai. Mereka sibuk dengan pikirannya sendiri. Mereka siap memotong pembicaraan Anda setiap saat. Mereka mendengarkan untuk menjawab, bukan untuk memahami.

Mendengarkan dengan hati bukanlah sekadar menangkap kata-kata, intonasi dan bahasa tubuh seseorang. Mendengarkan dengan hati adalah menangkap apa yang tersirat, menangkap apa yang ada di balik kata-kata. Orang yang mendengarkan dengan hati tidak akan berbicara dengan tergesa-gesa. Ia akan duduk di sana dan mendengarkan Anda dengan sungguh-sungguh. Ia akan membuat Anda merasa dihargai, dihormati dan dimuliakan. Ia memperhatikan semua kata-kata Anda. Baginya, tak ada sebuah kata pun yang tidak penting, tak ada sebuah ucapan pun yang bisa dianggap sepele.

Perilaku kedua adalah melakukan sesuatu pada orang yang tak akan bisa membalasnya. Saya kira inilah konsep ikhlas yang sebenar-benarnya. Hal ini penting untuk kita garisbawahi, karena jauh di lubuk hati kita yang paling dalam, ketika kita berbuat kebaikan pada seseorang, kita diam-diam sering berharap orang itu akan membalas kebaikan kita. Kebaikan seperti ini tentu saja bukanlah kebaikan murni, melainkan hanya kalkulasi bisnis biasa.

Coba tanyakan kepada diri Anda, mengapa Anda berbuat baik pada bawahan, pembantu atau sopir Anda? Bukankah kita menginginkan mereka membalas kebaikan kita dalam bentuk pengabdian dan kesetiaan? Mengapa Anda berbuat baik kepada atasan atau pelanggan Anda? Bukankah di sana terselip kepentingan untuk mendapatkan dukungan, perlindungan maupun proyek yang besar? Mengapa Anda berbuat baik kepada tetangga, masyarakat maupun orang-orang miskin yang Anda kenal? Bukankah di sana terselip keinginan agar mereka tidak mengganggu ketenangan Anda?

Jadi, yang ingin saya sampaikan disini adalah bahwa kualitas kita yang sesungguhnya tidak bisa diukur dari kebaikan yang kita lakukan kepada seseorang yang bisa membalasnya dengan cara apa pun. Kebaikan kita yang sejati adalah kebaikan yang kita lakukan kepada orang yang tidak kita kenal yang kita jumpai di jalan, kebaikan yang kita lakukan pada orang yang mungkin tak akan pernah bertemu dengan kita lagi, atau bahkan tak pernah mengenali kita sama sekali. Pada kebaikan-kebaikan semacam ini kita akan mendapatkan pengalaman spiritual yang amat mencerahkan.

Cara ketiga untuk mengukur diri kita adalah dengan melihat perilaku kita pada orang-orang yang sering dianggap tidak penting. Kepada orang yang kita anggap penting sudah tentu kita akan menghormatinya, mengatur pembicaraan kita dan menjaga hubungan dengan hati-hati. Ini semata-mata didasari pada kalkulasi kepentingan. Namun, bagaimanakah Anda memperlakukan orang-orang yang berada dalam posisi “lemah”: pramukantor, satpam, pembantu, sopir, dan orang-orang lain yang “tak berpengaruh” terhadap karier Anda? Apakah Anda berbicara dengan penuh sopan santun? Apakah Anda selalu mengucapkan terima kasih atas semua kebaikan yang telah mereka lakukan?

Saya juga sering memperhatikan perilaku orang ketika menjawab telepon. Ada banyak orang yang kurang ramah bahkan terkesan galak ketika menjawab telepon, tetapi buru-buru mengubah gaya dan nada bicaranya begitu mengetahui siapa peneleponnya. Perilaku ini bagi saya hanya menginformasikan satu hal: orang ini hanya baik kepada orang-orang yang dikenalnya.

Kualitas seseorang dapat dilihat dari bagaimana ia memperlakukan orang lain, bahkan kepada orang-orang yang memusuhinya. Orang-orang yang baik adalah mereka yang melihat persamaan di balik perbedaan. Mereka tidak terpengaruh penampilan luar, kekayaan dan jabatan karena mereka sadar bahwa manusia pada hakikatnya bukanlah makhluk fisik, melainkan makhluk spiritual. Dan bukankah dalam spiritualitas tak ada yang lebih penting dibandingkan dengan cinta?

Oleh : Arvan Pradiansyah

Jangan Pernah Berhenti

Jangan Pernah Berhenti

Sejumlah sejarahwan yakin, bahwa pidato Winston Churchill yang paling berpengaruh adalah ketika beliau berpidato di wisuda Universitas Oxford. Churchill mempersiapkan pidato ini selama berjam-jam. Dan ketika saat pidatonya tiba, Churchill hanya mengucapkan tiga kata : ‘never give up’ (jangan pernah berhenti).

Sejenak saya merasa ini biasa-biasa saja. Tetapi ketika ada orang yang bertanya ke saya, bagaimana saya bisa berpresentasi di depan publik dengan cara yang demikian menguasai, saya teringat lagi pidato Churchill ini.

Banyak orang berfikir kalau saya bisa berbicara di depan publik seperti sekarang sudah sejak awal. Tentu saja semua itu tidak benar. Awalnya, saya adalah seorang pemalu, mudah tersinggung, takut bergaul dan minder.

Dan ketika memulai profesi pembicara publik, sering sekali saya dihina, dilecehkan dan direndahkan orang. Dari lafal ‘T’ yang tidak pernah lempeng, kaki seperti cacing kepanasan, tidak bisa membuat orang tertawa, pembicaraan yang terlalu teoritis, istilah-istilah canggih yang tidak perlu, serta segudang kelemahan lainnya.

Tidak bisa tidur beberapa minggu, stress atau jatuh sakit, itu sudah biasa. Pernah bahkan oleh murid dianjurkan agar saya dipecat saja menjadi dosen di tempat saya mengajar.Pengalaman serupa juga pernah dialami oleh banyak agen asuransi jempolan. Ditolak, dibanting pintu, dihina, dicurigai orang, sampaidengan dilecehkan mungkin sudah kebal. Pejuang kemanusiaan seperti Nelson Mandela dan Kim Dae Jung juga demikian. Tabungan kesulitan yang mereka miliki demikian menggunung. Dari dipenjara,hampir dibunuh, disiksa, dikencingin, tetapi toh tidak berhenti berjuang.

Apa yang ada di balik semua pengalaman ini, rupanya di balik sikap ulet untuk tidak pernah berhenti ini, sering bersembunyi banyak kesempurnaan hidup. Mirip dengan air yang menetesi batu yang sama berulang-ulang, hanya karena sikap tidak pernah berhentilah yang membuat batu berlobang.

Besi hanya menjadi pisau setelah ditempa palu besar berulang-ulang, dan dibakar api panas ratusan derajat celsius. Pohon beringin besar yang berumur ratusan tahun, berhasil melewati ribuan angin ribut, jutaan hujan, dan berbagai godaan yang meruntuhkan.Di satu kesempatan di awal Juni 1999, sambil menemani istri dan anak-anak, saya sempat makan malam di salah satu restoran di depan hotel Hyatt Sanur Bali. Yang membuat kejadian ini demikian terkenang, karena di restoran ini saya dan istri bertemu dengan seorang penyanyi penghibur yang demikian menghibur.

Pria dengan wajah biasa-biasa ini, hanya memainkan musik dan bernyanyi seorang diri. Modalnya, hanya sebuah gitar dan sebuah organ. Akan tetapi, ramuan musik yang dihasilkan demikian mengagumkan. Saya dan istri telah masuk banyak restoran dan kafe. Namun, ramuan musik yang dihadirkan penyanyi dan pemusik solo ini demikian menyentuh. Hampir setiap lagu yang ia nyanyikan mengundang kagum saya, istri dan banyak turis lainnya. Rasanya susah sekali melupakan kenangan manis bersamapenyanyi ini. Sejumlah uang tip serta ucapan terimakasih saya yang dalam, tampaknya belum cukup untuk membayar keterhiburan saya dan istri.

Di satu kesempatan menginap di salah satu guest house Caltex Pacific Indonesia di Pekan Baru, sekali lagi saya bertemu seorang manusia mengagumkan. House boy (baca : pembantu) yang bertanggungjawab terhadap guest house yang saya tempati demikian menyentuh hati saya. Setiap gerakan kerjanya dilakukan sambil bersiul. Atau setidaknya sambil bergembira dan tersenyum kecil. Hampir semua hal yang ada di kepala, tanpa perlu diterjemahkan ke dalam perintah, ia laksanakan dengan sempurna. Purwanto, demikian nama pegawai kecil ini, melakoni profesinya dengan tanpa keluhan.

Bedanya penyanyi Sanur di atas serta Purwanto dengan manusia kebanyakan, semakin lama dan semakin rutinnya pekerjaan dilakukan, ia tidak diikuti oleh kebosanan yang kemudian disertai oleh keinginan untuk berhenti.Ketika timbul rasa bosan dalam mengajar, ada godaan politicking kotor di kantor yang diikuti keinginan ego untuk berhenti, atau jenuh menulis, saya malu dengan penyanyi Sanur dan house boy di atas. Di tengah demikian menyesakkannya rutinitas, demikian monotonnya kehidupan, kedua orang di atas, seakan-akan faham betul dengan pidato Winston Churchill : “never give up.”Anda boleh mengagumi tulisan ini, atau juga mengagumi saya, tetapi Anda sebenarnya lebih layak kagum pada penyanyi Sanur dan house boy di atas. Tanpa banyak teori, tanpa perlu menulis, tanpa perlu menggurui, mereka sedang melaksanakan profesinya dengan prinsip sederhana : “jangan pernah berhenti.”

Saya kerap merasa rendah dan hina di depan manusia seperti penyanyi dan pembantu di atas. Bayangkan, sebagai konsultan, pembicara publik dan direktur sebuah perusahaan swasta, tentu saja saya berada pada status sosial yang lebih tinggi dan berpenghasilan lebih besar dibandingkan mereka. Akan tetapi, mereka memiliki mental “never give up” yang lebih mengagumkan.Kadang saya sempat berfikir, jangan-jangan tingkatan sosial dan penghasilan yang lebih tinggi, tidak membuat mental “never give up” semakin kuat.

Kalau ini benar, orang-orang bawah seperti pembantu, pedagang bakso, satpam, supir, penyanyi rendahan, dan tukang kebunlah guru-guru sejati kita.

Jangan-jangan pidato inspiratif Winston Churchill - sebagaimana dikutip di awal - justru diperoleh dari guru-guru terakhir.
Penulis: Gede Prama

KUMPULKANLAH KEMBALI KAPAS-KAPAS

KUMPULKANLAH KEMBALI KAPAS-KAPAS

Dikisahkan, ada seorang pedagang yang kaya raya dan berpengaruh di kalangan masyarakat. Kegiatannya berdagang mengharuskan dia sering keluar kota . Suatu saat, karena pergaulan yang salah, dia mulai berjudi dan bertaruh.

Mula-mula kecil-kecilan, tetapi karena tidak dapat menahan nafsu untuk menang dan mengembalikan kekalahannya, si pedagang semakin gelap mata, dan akhirnya uang hasil jerih payahnya selama ini banyak terkuras di meja judi. Istri dan anak-anaknya terlantar dan mereka jatuh miskin.

Orang luar tidak ada yang tahu tentang kebiasaannya berjudi, maka untuk menutupi hal tersebut, dia mulai menyebar fitnah, bahwa kebangkrutannya karena orang kepercayaan, sahabatnya, mengkhianati dia dan menggelapkan banyak uangnya. Kabar itu semakin hari semakin menyebar, sehingga sahabat yang setia itu, jatuh sakit. Mereka sekeluarga sangat menderita, disorot dengan pandangan curiga oleh masyarakat di sekitarnya dan dikucilkan dari pergaulan.

Si pedagang tidak pernah mengira, dampak perbuatannya demikian buruk. Dia bergegas datang menengok sekaligus memohon maaf kepada si sahabat "Sobat, aku mengaku salah! Tidak seharusnya aku menimpakan perbuatan burukku dengan menyebar fitnah kepadamu. Sungguh, aku menyesal dan minta maaf. Apakah ada yang bisa aku kerjakan untuk menebus kesalahan yang telah kuperbuat?"

Dengan kondisi yang semakin lemah, si sahabat berkata, "Ada dua permintaanku. Pertama, tolong ambillah bantal dan bawalah ke atap rumah. Sesampainya di sana, ambillah kapas dari dalam bantal dan sebarkan keluar sedikit demi sedikit."

Walaupun tidak mengerti apa arti permintaan yang aneh itu, demi menebus dosa, segera dilaksanakan permintaan tersebut. Setelah kapas habis disebar, dia kembali menemui laki-laki yang sekarat itu.

"Permintaanmu telah aku lakukan, apa permintaanmu yang kedua?"

"Sekarang, kumpulkan kapas-kapas yang telah kau sebarkan tadi," kata si sahabat dengan suara yang semakin lemah.

Si pedagang terdiam sejenak dan menjawab dengan sedih, "Maaf sobat, aku tidak sanggup mengabulkan permintaanmu ini. Kapas-kapas telah menyebar ke mana-mana, tidak mungkin bisa dikumpulkan lagi."

"Begitu juga dengan berita bohong yang telah kau sebarkan, berita itu takkan berakhir hanya dengan permintaan maaf dan penyesalanmu saja," kata si sakit.

"Aku tahu. Engkau sungguh sahabat sejatiku. Walaupun aku telah berbuat salah yang begitu besar tetapi engkau tetap mau memberi pelajaran yang sangat berharga bagi diriku. Aku bersumpah, akan berusaha semampuku untuk memperbaiki kerusakan yang telah kuperbuat, sekali lagi maafkan aku dan terima kasih sobat." Dengan suara terbata-bata dan berlinang air mata, dipeluklah sahabatnya.

Netter yang luar biasa.…

Seperti kata pepatah mengatakan, fitnah lebih kejam daripada pembunuhan. Kebohongan tidak berakhir dengan penyesalan dan permintaan maaf. Seringkali sulit bagi kita untuk menerima kesalahan yang telah kita perbuat. Bila mungkin, orang lainlah yang menanggung akibat kesalahan kita.

Kalau memang itu yang akan terjadi, lalu untuk apa melakukan fitnah yang hanya membuat orang lain menderita. Tentu… jauh lebih nikmat bisa melakukan sesuatu yang membuat orang lain berbahagia.
Salam sukses luar biasa![aw]

Andrie Wongso

Killer statement


Killer statement

Ada sebuah istilah komunikasi negatif dalam Kecerdasan Emosional yang disebut killer statement. Apa itu killer statement? Gampangnya, killer statement itu adalah segala bentuk pernyataan kita yang kita keluarkan, sadar maupun tidak, tetapi melukai dan mampu merusak mental maupun semangat orang lain.

Jenis-jenis killer statement ini, tanpa sadar kita dengar setiap hari, atau barangkali tanpa sadar kita keluarkan dengan maksud bercanda, memotivasi, tapi justru merusak. Nah, kalimat-kalimat perusak jiwa yang menghasilkan perasaan yang negatif pada diri seseorang itulah yang seringkali kita sebut killer statement.

Menariknya, sejarah dunia komik pun pernah mencatat akibat buruk dari killer statement yang pernah diterima oleh dua anak bernama Jerry Siegel dan Joe Shuster. Kisahnya begini. Di masa depresi yang melanda Amerika pada 1933, Jeery Siegel mempunyai ide menciptakan seorang tokoh pahlawan anak-anak yang mempunyai kemampuan luar biasa.

Tenaganya lebih kuat dari besi, bisa terbang dan asalnya dari planet lain. Maka, bersama dengan temannya yakni Joe Shuster yang pandai melukis, diciptakanlah untuk pertama kalinya gambaran manusia baja tersebut. Tetapi gambaran komik manusia super itu tidaklah begitu menarik. Kecaman dan kritikan diterima.

Selama enam tahun berturut-turut komiknya pun ditolak sana-sini. Hingga akhirnya, puncak kehancuran mental Siegel dan Shuster terjadi saat mereka mendengar ada editor dari Detective Comics yang membutuhkan komik strips. Lantas mereka pun mencoba menjual kepada mereka.

Tapi, saat membuka-buka dan menlihat gambaran komik mereka, para editor pun tertawa dan berkata, "Wah, nggak akan ada yang percaya dengan ide komik seperti ini. Gambarnya murahan dan tak mungkin laku dijual". Maka, karena sudah terlalu frustrasi dengan penolakan dan kalimat yang menghancurkan itu, Shuster dan Siegel akhirnya sepakat menjual komik serta segala hak ciptanya kepada Detective Comics hanya senilai US$130.

Perhatikan baik-baik, hanya seharga US$130 ! Tapi, itulah kesalahan terbesar Siegel dan Shuster akibat terlalu mendengarkan killer statement yang diterimnya. Karena, beberapa saat setelah komiknya dibeli, karakter komiknya ternyata menjadi pujaan. Anda pasti bisa menebak. Itulah tokoh Superman, manusia Krypton dengan kemampuan terbang, penglihatan super serta kekuatan fisik yang luar biasa.

Komik Superman menjadi begitu laris, hingga difilmkan, karakternya menjadi tokoh idola anak-anak. Sementara Shuster dan Siegel, penciptanya yang pertama, hanya bisa gigit jari. Tokoh Superman menjadi populer dan meraup keuntungan miliaran dolar AS. Tapi tokoh penciptanya hanya mendapat US$130, bahkan hidup dalam utang dan kemiskinan.

Untungnya, pada 1975 setelah mendapatkan tekanan bertubi-tubi dari publik yang menganggap Detective Comics tidak berperikemanusiaan dengan membiarkan pencipta Superman hidup dalam miskin, akhirnya Detective Comics sepakat memberikan jaminan finansial. Tetapi, kalau kita melihat kembali, itulah harga dari sebuah killer statement yang telah menghancurkan karir dan kehidupan dua orang bocah bernama Shuster dan Siegel.

Pembaca, kisah ini kiranya membuat kita sadar akan bahaya dari killer statement dalam hubungan interpersonal kita. Memang, kadang killer statement ini diucapkan tidak dengan intensi yang negatif, tapi dampaknya, sungguh merusak! Namun, bisa juga killer statement ini diucapkan dengan maksud khusus untuk menjatuhkan mental orang yang mendengarnya.

Tip penting

Untuk itu, ada beberapa tip penting bagi kita. Pertama, hati-hati dengan killer statement yang mungkin kita ucapkan baik kepada anak kita, pasangan hidup kita, rekan kerja maupun bawahan kita. Killer statement ini menunjukkan bahwa kalimat yang diucapkan tanpa pertimbangan, bisa membunuh potensi, kemampuan maupun karakter baik seseorang.

Karena itu, kalaupun Anda sedang stress, sedang tidak dalam kondisi mood untuk bicara, merasa tidak puas dengan hasilnya, ataupun merasa tidak suka dengan apa yang Anda saksikan, usahakan untuk menghindari menggunakan kalimat yang bernada menghancurkan atau mencela.

Kedua, kita sendiri sebagai orang yang akan dan biasa menerima killer statement dari orang-orang di sekitar kita, lebih baik kita siapkan anti virus bagi kita sendiri. Anti virus ini berisi kalimat lain yang kita ucapkan pada diri kita sendiri, meskipun orang lain sudah mengatakan killer statement itu kepada kita.

Dalam workshop Kecerdasan Emosional yang kami lakukan, salah satu latihan yang kami berikan adalah dengan menggunakan kalimat penguatan positif yang cepat menetralkan meskipun orang lain telah mengatakan hal yang buruk kepada Anda.

Menariknya, juga di salah satu acara kontes menyanyi, ada seorang penyanyi kodang yang sudah tua, tapi diundang menjadi tamu untuk juri. Saat itu ada seorang penyanyi yang mendapat penilaian buruk dan akhirnya tersingkir. Saat sebelum mundur, si penyanyi tua ini memberikan nasihat, "Jangan pedulikan hasil penilaian ini buatmu. Yang penting adalah kuatkanlah dirimu terus. Sayapun tidak pernah menjuarai kontes menyanyi, toh dengan kegigihan, saya bisa menjadi seorang penyanyi. Teruslah berlatih dan buktikan dirimu bisa berhasil". Wow, mata saya berkaca-kaca mendengar motivasi dari sang artis dan bintang penyanyi tua ini.

Sungguh suatu kata-kata penguatan yang luar biasa. Andapun harus mengatakan hal yang sama kepada diri Anda, saat Anda diberikan kata-kata negatif ataupun killer statement. Ingatlah pembaca, jangan sampai potensi dan kemampuan Anda dirusak oleh kata-kata dari kalimat orang yang tidak bertanggung jawab. Merekalah yang sebenarnya punya masalah dengan diri mereka. Jangan biarkan mereka merusak diri Anda. Jangan biarkan mereka mencuri mimpi Anda.
oleh : Anthony Dio Martin

HABITUS ORANG KAYA

HABITUS ORANG KAYA

Manusia membangun habitus secara perlahan.

Dan kemudian habitus itu membentuk nasibnya.

~ Pandir Karya

”Apakah habitus orang kaya yang paling umum?” tanya saya kepada sejumlah kawan.

”Mereka super pelit,” kata Iin.

”Orang kaya yang saya kenal banyak yang sombong,” jawab Toni.

”Selalu memperhitungkan segala sesuatunya dengan cermat,” kata Herlina.

”Tidak suka berhutang,” ujar Didi.

”Suka menawar harga barang yang ingin dibelinya,” jelas Diah.

”Mereka suka memamerkan kekayaannya,” kata Rudy.

”Cenderung serakah dan asosial,” gagas Yuyun.

”Hanya membeli barang-barang bermerek terkenal,” ujar Lilik.

”Hidup hemat, cenderung pelit, dan tidak suka menunjukkan kemampuan mereka yang sebenarnya,” papar Dewi.

”Suka bangun siang dan tidur dini hari,” kata Indra.

***

”Habitus (Latin) bisa berarti kebiasaan, tata pembawaan, atau penampilan diri, yang telah menjadi insting perilaku yang mendarah daging, semacam pembadanan dari kebiasaan kita dalam rasa-merasa, memandang, mendekati, bertindak, atau berinteraksi dalam kondisi suatu masyarakat… bersifat spontan, tidak disadari pelakunya apakah itu terpuji atau tercela, seperti orang tak sadar akan bau mulutnya. Ia bisa menunjuk seseorang, tapi juga kelompok sosial,” demikian antara lain penjelasan B. Herry-Priyono (Kompas, 31 Desember 2005).

Perhatikan bahwa habitus ”...telah menjadi insting perilaku yang mendarah daging”, ”bersifat spontan”, ”tidak disadari pelakunya”, dan bisa menunjuk kepada ”kelompok sosial” tertentu. Nah, dengan pemahaman ini, mari kita coba pikirkan, apa sajakah habitus kelompok sosial ekonomi atas (baca: orang-orang kaya dan super kaya) yang telah menjadi insting perilaku yang mendarah daging, bersifat spontan, dan tidak disadari pelakunya (baca: bersifat reflek)?

Dari studi literatur tentang kecenderungan perilaku orang-orang kaya di Amerika dan Asia, serta dari pengamatan pribadi mengenai perilaku sejumlah kawan yang kaya di Indonesia , sekurang-kurangnya bisa disebutkan beberapa habitus yang saling kait mengait satu sama lain sebegai berikut.

Habitus pertama, dan boleh jadi ini yang terpenting, mereka menikmati hidup dengan standar jauh dibawah kemampuan mereka yang sebenarnya. Artinya, secara keuangan mereka lebih kuat dari apa yang nampak oleh mata lingkungannya. Mereka lebih kaya dari apa yang mungkin dipikirkan orang lain di sekitar mereka (tetangganya). Bila mereka sesungguhnya mampu membeli rumah seharga Rp 10 miliar, maka mereka senang memilih rumah seharga Rp 1 miliar. Jika mereka mampu membeli mobil seharga Rp 2 miliar, mereka senang memilih mobil seharga Rp 600 juta saja. Sekalipun mereka lebih dari mampu membeli barang-barang yang dipajang di butik-butik eksklusif atau pertokoan mewah macam Sogo Departemen Store, mereka tidak sungkan untuk berbelanja di pusat belanja grosir seperti di ITC Mangga Dua.

Seorang kawan yang saya duga memiliki harta kekayaan bersih lebih dari Rp 20 miliar dan tinggal di kawasan Karawaci, Tangerang, pernah mengatakan kepada saja bahwa, ”Saya menganut pandangan bahwa apa pun yang kita gunakan dan nampak oleh orang lain seharusnya tidak lebih dari sepertiga kekuatan kita yang sesungguhnya. Dan kalau saya bisa menggunakan sepertigapuluh atau bahkan sepertigaratus dari kemampuan finansial saya untuk hidup nyaman, itu sudah cukup. Saya tidak suka dikenal terutama sebagai orang kaya. Saya lebih suka dikenal sebagai orang yang berkarya”. Pernyataan ini dengan tegas menunjukkan bahwa ia menikmati hidup dibawah kemampuan yang sesungguhnya.

Karena terbiasa hidup dibawah kemampuan yang sesungguhnya, maka mereka—orang-orang kaya tersebut—selalu memastikan bahwa biaya konsumsi mereka jauh dibawah penghasilan rutin yang mereka peroleh. Itulah habitus kedua. Jika mereka memperoleh penghasilan rutin (katakan saja) Rp 30-40 juta per bulan, maka mereka telah membiasakan diri untuk hanya menggunakan sekitar Rp 10-15 juta per bulan untuk memenuhi kebutuhan bulanan keluarganya. Dan ketika penghasilan mereka meningkat menjadi Rp 60-70 juta per bulan pun, mereka tidak merasa perlu untuk mengubah pola konsumsi mereka. Dalam hal ini yang meningkat secara langsung adalah jumlah tabungan untuk investasi, karena biaya konsumsi relatif tetap.

Habitus yang ketiga adalah kebiasaan menyisihkan dana untuk tabungan dan investasi dulu, dan menyisakan yang lainnya untuk konsumsi rutin setiap bulannya. Jadi bukannya menggunakan penghasilannya untuk konsumsi dan kalau akhir bulan masih tersisa baru ditabung dan diinvestasikan. Dengan kata lain, mereka terbiasa untuk mencurahkan cukup banyak waktu untuk memikirkan soal kemana dan bagaimana uang mereka ditabung dan diinvestasikan agar berkembang lebih maksimal. Mereka tidak memberikan banyak waktu untuk memikirkan cara-cara menggunakan uang secara konsumtif, untuk berbelanja berlama-lama di pusat-pusat pembelanjaan. Sebaliknya, mereka memberikan banyak waktu untuk memikirkan hal-hal yang membuat harta mereka menjadi makin produktif, tumbuh dan berkembang, sehingga mereka menjadi mapan secara keuangan.

Setiap kali saya mengingat sejumlah perbincangan ketika berkesempatan mewawancarai atau sekadar mendengarkan nasihat orang-orang seperti Mochtar Ryadi, Ir. Ciputra, Bob Sadino, Jonathan L. Parapak, dan Soen Siregar, saya merasakan bagaimana ketiga habitus yang disebut di atas telah terpatri menjadi bagian dari tarikan nafas orang-orang tersebut. Tentu saja masih banyak lagi habitus orang-orang yang mapan secara finansial itu. Namun tiga yang telah dipaparkan di atas adalah habitus yang paling umum.

Karena itu saya bisa memastikan bahwa kawan-kawan saya yang lebih suka menampilkan gaya hidup seperti orang kaya, membiasakan diri untuk berbelanja lebih dulu dan menabung belakangan, serta senang menghabiskan banyak waktu untuk memikirkan barang-barang konsumsi (gonta-ganti mobil baru tiap 1-2 tahun sekali, mengenakan pakaian-pakaian bermerek yang dibeli secara kredit, makan minum di tempat-tempat mahal, dan sebagainya), pastilah tidak akan pernah menjadi orang yang mapan secara keuangan. Orang muda yang suka foya-foya, hampir pasti akan hidup susah di usia senja. Sepasti matahari tenggelam di ufuk barat.

Kalau tak percaya, silahkan mencoba dan rasakan akibatnya!

Monday, January 11, 2010

Friday, January 8, 2010