Saturday, March 1, 2008

ILMU PENGETAHUAN

Ponsel TV Analog Mengisi Peluang TV Digital
Ponsel TV analog MyG 660

Persaingan antara ponsel TV analog dengan ponsel TV digital sebenarnya tidak tidak terjadi secara frontal, meski keduanya memang lahir pada masa yang sama. Selain tingkat kebutuhan penggunanya, juga jaringan sangat menentukan penggunaan ponsel itu.

Ponsel TV analog masih berjaya di negara-negara yang masih memancarkan siaran TV secara analog, seperti di Indonesia. Ponsel TV ini memang sangat fenomenal, meski sebenarnya sama persis dengan TV biasa, namun sebagian penggunanya sudah merasa terbantu untuk tidak ketinggalan berita maupun acara kegemarannya.

Sedangkan untuk versi digital, apakah itu IPTV ataupun mobile TV yang masih dalam “perang format” penetrasinya semakin besar, terutama di negara-negara maju. Pada TV digital bergerak unsur kualitas yang paling menonjol adalah kemampuan menerima sinyal yang stabil, meski ponsel diputar-putar ke berbagai arah kualitas tetap tidak berubah, selain unsur interaktif dan berbagai solusi yang tidak bisa dilakukan TV analog.

Bagaimanapun TV digital bergerak masih tetap menjadi perdebatan hangat di arena seperti Kongres Mobile Dunia yang baru saja berlangsung di Barcelona, Spanyol. Terutama dalam kaitannya mensosialisaikan ponsel sebagai layar keempat yang pernah dicanangkan dalam kongres itu tahun lalu.

Vendor jaringan seperti Ericsson sangat getol mendukung perusahaan penyedia jasa layanan “tripleplay” (satu saluran untuk tiga jenis layanan) yang termasuk di antaranya menyediakan layanan IPTV (Internet Protocol TV). Untuk mendukung langkahnya baru-baru ini mengakuisisi perusahaan pemadu sistem IPTV dari Spanyol, HyC Group, selain pada mengambil perusahaan Tandberg Television awal tahun ini.

Selain itu secara cerdik perusahaan dari Swedia ini menggandeng badan persatuan sepak bola dunia FIFA berkaitan dengan pesta sepak bola akbar 2009 dan 2010 mendatang. Dengan platform Ericsson memungkinkan para operator telkom dan stasiun siaran seluruh dunia menyebarkan informasi berbasis video dan TV bergerak seputar pesta itu.

Sementara untuk perangkat terminal juga mengalami kemajuan pesat, terutama menyangkut kualitas akses dan resolusi pada layar ponsel pintar yang tersedia. Dalam kancah pameran di Barcelona perusahaan raksasa Motorola juga memperkenalkan ponsel TV bergerak DH01n (standar DVB-H) yang dilengkapi sarana media hiburan dan GPS yang dilengkapi peta digital Tele Atlas yang semakin populair.

Evolusi mengesankan lainnya terjadi pada layar LCD, meski teknologinya sudah diperkenalkan lebih dari dua tahun lalu namun implemantasinya secara luas baru terlihat dalam pameran kali ini. Pada layar selebar sekitar 3 inci, biasanya 2,8 inci sudah mampu menggunakan resolusi VGA atau 640 x 480 pixel, karena biasanya untuk layar selebar itu baru bisa QVGA (320 x 240 pixel) atau seperempat VGA.

Efek dari resolusi VGA adalah lebih lembut dan lebih tajam dibandingkan resolusi QVGA. Ponsel yang sudah menerapkan ini seperti ponsel P905iTV (buatan Panasonic) khusus bagi pelanggan operator NTT DoCoMo di Jepang, Toshiba Portege G910 yang mirip Communicator (3 inci), sampai sederatan ponsel produksi Glofiish dari Taiwan (V900, X650, M800).

TV analog

Evolusi pada layar LCD nampaknya hanya soal waktu akan mewarnai ponsel-ponsel hiburan yang masuk Indonesia. Sebut saja produk seperti Viewty (LG KU990) yang mengesankan yang banyak mengeksploitasi video akan lebih sempurna dan nyaman apabila sudah menerapkan resolusi VGA.

Sementara booming yang sekarang terjadi adalah pada ponsel TV analog, memanfaatkan layar kecil untuk menerima tayangan TV analog. Sukses produk i-Mobile pada pesta Piala Dunia dan disusul ponsel rancangan dalam negeri seperti dari Hitech telah mendorong penyedia ponsel untuk pasaran menengah ke bawah lain untuk berbondong-bondong menawarkan ponsel TV. Situasi “jor-joran” ini bahkan nampak di mal-mal besar di Jakarta, sebut saja salah satu merknya adalah K-Touch.

Termasuk yang juga meluncurkan ponsel TV analog ini adalah produk My-G yang mampu menangkap tayangan televisi analog seperti pada televisi biasa. Salah satu yang dicoba Kompas adalah seri MyG 660. Seperti sudah diperkirakan ponsel dengan layar 2,8 inci ini, yang mengambil dua pertiga bagian depan ponsel ini memang masih beresolusi QVGA (320x240 pixel) dengan kemampuan menangani sampai 262.000 warna.

Seperti halnya ponsel serupa yang dibuat di China, maka pada ponsel ini juga sudah mengadopsi teknologi layar sentuh dan pengenalan tulisan tangan layaknya sebuah PDA. Pena stylus sekaligus berfungsi sebagai antena teleskopik dengan cara memanjangkan (menarik) bagian ujungnya untuk memperjelas penangkapan sinyal analog.

Hanya memang format layar lebar ketika tayangan ditampilkan penuh sedikit mengganggu untuk format atau aspek rasio TV di Indonesia yang 4:3. Sementara tampilan tegak juga cenderung berbentuk bujur sangkar yang membuat tampilan menjadi lebih tinggi.

Selain sebagai penala TV analog fungsi standar lainnya seperti pemutar musik digital (MP3) dan video khusus ponsel berekstensi 3gp. Dan, tentu saja untuk kamera digital berkapasitas 1,3 megapixel bisa sekaligus digunakan untuk merekam video.

Memori eksternal berupa MicroSD yang terletak di bawah baterai cukup untuk menyimpan berkas-berkas yang direkam. Kapasitas MicroSD di pasaran sudah sampai 2 GB dengan harga yang sudah sangat murah dibandingkan satu tahun lalu, sehingga tidak membebani kantong pemiliknya terlalu berat.

Sementara konektivitas dengan perangkat lain, apakah PC, sesama ponsel atau headset Bluetooth dapat dilakukan melalui koneksi Bluetooth. Selain tentu juga masih disediakan perangkat standar untuk berhubungan dengan komputer dengan kabel USB.

Seperti halnya kebanyakan ponsel TV yang ada sekarang, pada ponsel ini juga dilengkapi dengan baterai cadangan berkapasitas 1.800 mAh (miliamperejam). Bagaimanapun penerimaan TV yang terus menerus akan sangat menguras baterai, kemungkinan baterai habis akan sangat besar, sehingga pengguna perlu mengantongi baterai cadangan agar tidak kehilangan kontak dengan para mitranya.

Ponsel lainnya yang diluncurkan bersamaan adalah ponsel TV MyG 638 yang lebih kecil, yaitu dengan layar 2,6 inci dengan fitur yang serupa. Selain itu juga ponsel dua kartu (dual-card) GSM-GSM MyG 889 yang mencoba ikut merebut kue pangsa pasar menengah ke bawah.

No comments: