Pekan lalu, sebuah iklan satu halaman koran seharga lebih kurang Rp 400 juta muncul di harian ini menawarkan layanan percakapan ponsel Rp 600. Tawaran operator seluler ini seperti mau keluar dari arus utama persaingan tarif antaroperator yang sekarang gencar berkampanye untuk menarik sebanyak mungkin pelanggan.
Masalahnya, sebagai konsumen mungkin semua orang senang kalau harga tarif ponsel sekarang turun drastis seperti roller coaster yang menukik secara tajam. Bayangkan saja, tarif ponsel di berbagai operator di Indonesia sekarang ini menawarkan harga pulsa dengan sekian banyak angka nol di belakangnya.
Ada yang menawarkan Rp 0,1, ada yang Rp 0,01, Rp 0,001, Rp 0,00000001, dan seterusnya. Namun, sering kali kita merasa terkecoh kalau menyimak secara saksama iklan tersebut. Iklan-iklan persaingan pulsa operator seluler itu terlalu banyak bintang kecilnya, menjelaskan aturan tentang bagaimana menikmati pulsa Rp 0,00000001 tersebut.
Bintang kecil ini yang menjadi penghambat dan sering kali tidak mencerminkan penurunan tarif seluler secara menyeluruh. Ada yang mengatur setelah menit ke sekian baru berlaku tarif murah tersebut. Atau pada jam tertentu yang biasanya berlaku setelah larut malam.
Promosi memainkan angka nol yang banyak di belakang denominasi rupiah setidaknya menunjukkan kegelisahan di kalangan operator, baik untuk menambah jumlah pelanggannya yang akan mendekati angka jenuh sekitar 130 juta orang dan juga karena rendahnya penghasilan yang diperoleh dari percakapan seluler dari pelanggan yang menggunakan ponsel.
Pada umumnya sekarang para konsumen memilih untuk memiliki dua ponsel, yang pertama untuk dihubungi karena sudah lama menggunakan nomor tersebut dan ponsel kedua untuk menelepon karena tarifnya yang murah, yang ditawarkan oleh operator seluler yang menggunakan teknologi CDMA.
Persaingan promosi harga tarif percakapan (tengah malam) murah dengan nol yang banyak di belakang koma menjadi pelecehan secara sengaja bagi pengguna ponsel. Kebanyakan dari kita hanya menginginkan tarif seluler yang wajar disertai dengan fitur produk layanan yang sesuai dengan kebutuhan sehari-hari.
Di antara kita tidak ada yang akan menelepon sepuasnya selama berjam-jam karena baterai ponsel tidak akan tahan ”sepuasnya” dan pembicaraan yang dilakukan tengah malam pasti tidak penting.
Kita tidak butuh bintang kecil-kecil. Kalau memang murah sebut saja murah, bukan dengan menampilkan bintang kecil dengan berbagai aturan yang tidak mencerminkan keinginan penyelenggara operator seluler untuk menurunkan margin keuntungannya.
Masalahnya, sebagai konsumen mungkin semua orang senang kalau harga tarif ponsel sekarang turun drastis seperti roller coaster yang menukik secara tajam. Bayangkan saja, tarif ponsel di berbagai operator di Indonesia sekarang ini menawarkan harga pulsa dengan sekian banyak angka nol di belakangnya.
Ada yang menawarkan Rp 0,1, ada yang Rp 0,01, Rp 0,001, Rp 0,00000001, dan seterusnya. Namun, sering kali kita merasa terkecoh kalau menyimak secara saksama iklan tersebut. Iklan-iklan persaingan pulsa operator seluler itu terlalu banyak bintang kecilnya, menjelaskan aturan tentang bagaimana menikmati pulsa Rp 0,00000001 tersebut.
Bintang kecil ini yang menjadi penghambat dan sering kali tidak mencerminkan penurunan tarif seluler secara menyeluruh. Ada yang mengatur setelah menit ke sekian baru berlaku tarif murah tersebut. Atau pada jam tertentu yang biasanya berlaku setelah larut malam.
Promosi memainkan angka nol yang banyak di belakang denominasi rupiah setidaknya menunjukkan kegelisahan di kalangan operator, baik untuk menambah jumlah pelanggannya yang akan mendekati angka jenuh sekitar 130 juta orang dan juga karena rendahnya penghasilan yang diperoleh dari percakapan seluler dari pelanggan yang menggunakan ponsel.
Pada umumnya sekarang para konsumen memilih untuk memiliki dua ponsel, yang pertama untuk dihubungi karena sudah lama menggunakan nomor tersebut dan ponsel kedua untuk menelepon karena tarifnya yang murah, yang ditawarkan oleh operator seluler yang menggunakan teknologi CDMA.
Persaingan promosi harga tarif percakapan (tengah malam) murah dengan nol yang banyak di belakang koma menjadi pelecehan secara sengaja bagi pengguna ponsel. Kebanyakan dari kita hanya menginginkan tarif seluler yang wajar disertai dengan fitur produk layanan yang sesuai dengan kebutuhan sehari-hari.
Di antara kita tidak ada yang akan menelepon sepuasnya selama berjam-jam karena baterai ponsel tidak akan tahan ”sepuasnya” dan pembicaraan yang dilakukan tengah malam pasti tidak penting.
Kita tidak butuh bintang kecil-kecil. Kalau memang murah sebut saja murah, bukan dengan menampilkan bintang kecil dengan berbagai aturan yang tidak mencerminkan keinginan penyelenggara operator seluler untuk menurunkan margin keuntungannya.
1 comment:
Yang pasti gw tau sih... Kalo gw nelfon pake XL ke sesama XL.. dari jam 11 malem sampe jam 11 siang cuman 600 perak sepuas puasnya cuy.. Kalo jam sibuk paling mahal 1800.. itupun sepuas puasnya..
Gw pake 3 kartu, yang laen ntuh Telkomsel sama Indosat.. semua punya kelebihannya masing masing.. tapi yang pasti sih kalo lo gila nelfon.. pake XL cihuy banget dah.. ampe batere gw abis juga cuman 600 perak... Hehehehhe..
Dan jangan lupa ya.. inget juga setiap promosi itu ada periodenya.. Jangan sampe kelupaan.. :D
Post a Comment