Tuesday, April 1, 2008

Sampah yang dikumpukan oleh para pencari sampah tidak hanya memberi mereka penghasilan tetap tapi juga dapat mengurangi volume sampah.

Berkat Sampah Plastik Penghasilan Tambah Naik

Sampah yang dikumpukan oleh para pencari sampah tidak hanya memberi mereka penghasilan tetap tapi juga dapat mengurangi volume sampah.

Hembusan angin yang menerpa tidak membuat para pencari sampah ini beranjak dari tempatnya. Mereka terus membolak-balik tumpukan sampah, mencari materi sampah yang bisa dimanfaatkan kembali atau bisa didaur-ulang. Mereka mencari perabot rumah yang sudah dibuang oleh pemiliknya mulai dari sendok timah hingga sofa. Sampah plastik seperti bekas kemasan atau botol satu per satu berpindah tempat ke karung sampah yang mereka bawa untuk dijual secara kiloan atau satuan.

Bau sampah yang menyengat dan ceceran air lindi sama sekali bukan masalah bagi mereka yang juga tinggal di sekitar tempat pembuangan sampah sementara (TPAS) Kelapa Dua Wetan, tepatnya di depan Wisma Departemen Agama. Bila nanti masyarakat sudah terbiasa memilah sampah kering dan sampah basah, tumpukan sampah mungkin tidak akan menghasilkan bau separah ini.

Sampah-sampah yang menumpuk di Kelapa Dua tidak hanya berasal dari kelurahan Pasar Rebo, kelurahan Kelapa Dua Wetan dan kelurahan Ciracas, tapi juga berasal dari kawasan lain seperti kelurahan Cibubur atau kelurahan Susukan. Menurut Purnomo, Kepala Seksi TPAS Kelapa Dua Wetan, dalam sehari ada belasan truk dan mobil sampah yang menumpahkan sampah ke sini, ditambah sekitar 40 gerobak-gerobak sampah. Banyaknya sampah yang masuk membuat tumpukan sampah di sini tak kunjung surut.

Beruntung ada komunitas pencari sampah yang setiap hari menyerap sebagian sampah yang ada. Pada awalnya mereka hanya menampung sampah yang banyak diminta oleh pengepul sampah seperti kardus, gelas plastik dan botol plastik. Tapi belakangan mereka juga berlomba-lomba mengumpulkan bekas kemasan produk baik berbentuk kemasan isi-ulang maupun sachet. Sisa tube dari pasta gigi juga mereka kumpulkan dengan teliti.

Menurut Wajiman, salah seorang pencari sampah di TPAS Kelapa Dua Wetan, kegiatan pengumpulan sampah multilayer ini semakin marak dilakukan sejak bermunculan banyak tas daur-ulang dari kemasan produk yang dipakai oleh warga. "Saya baru tahu bahwa sampah sisa sachet dari bungkus pewangi atau sisa tube dari pasta gigi bisa dimanfaatkan dan diolah menjadi produk daur-ulang seperti tas belanja, tas sekolah, tempat pensil dan tempat make up."

Meski mengaku sudah lama mengumpulkan sampah plastik jenis multilayer, Wajiman mengaku tidak tahu cara memanfaatkan plastik-plastik tersebut. "Selama ini saya hanya mengumpulkan sisa sachet tanpa saya ketahui mau dibawa ke mana sampah-sampah ini. Ternyata sekarang sudah ada UKM yang memproduksi barang daur ulang dari kemasan yang saya kumpulkan," tutur pria yang sudah tujuh tahun mencari sampah ini.

Sisa-sisa sachet ini ternyata mempunyai nilai jual yang cukup lumayan tinggi. UKM Trashion yang bergelut di bidang pengelolaan sampah biasanya membeli sampah dengan kualitas bagus seharga Rp. 4.000, jauh lebih mahal dibandingkan harga-beli pelapak yang hanya berkisar Rp. 1500 - Rp. 2000 per kilogram.

Dengan adanya UKM Trashion, para pencari sampah semakin bersemangat mengumpulkan sampah plastik. Setelah terkumpul, mereka bergegas memilah dan membersihkannya agar memiliki nilai-jual yang baik. Penghasilan mereka dari sampah pastik pun lumayan banyak. Kalau dalam waktu semingu mereka bisa mendapatkan 20 kg sampah sachet, dalam sebulan mereka bisa mendapatkan uang sekitar 320 ribu rupiah.

No comments: